"Kalo lo gak mau berkompromi dan tetep mau cere karena lo yakin akan survive dengan semua kehilangan itu, coba balik pikiran lo ke anak-anak. Mereka masih kecil-kecil dan belum sekuat elo. Apa iya mereka juga kuat kehilangan elo. Apa iya mereka sanggup kehilangan bapaknya..."
Sampe di situ Peter menangis. Tanpa terasa mata saya juga berkaca-kaca. Saya menggenggam tangan Peter erat-erat untuk membantu menguatkan hatinya. Hebat banget omongan kakaknya Peter ini. Dia menggambarkan seluruh masalah dengan detil dan mengingatkan semua risiko yang harus dihadapi oleh Peter kalo bercerai.
Setelah berhasil menenangkan dirinya, Peter berkata dengan suara halus, "Jadi gue memutuskan untuk gak jadi bercerai, Bud."
Kali ini kami berdua terdiam cukup lama. Omongan Ronald begitu dahsyat. Gak ada satu pun celah yang bisa dibantah. Sambil menghela napas panjang, saya bertanya dengan suara hati-hati, "Terus urusan chattingan itu gimana?"
"Selama sikap Linda di rumah gak ada yang berubah, gue akan menutup mata. Gue anggap peristiwa itu gak pernah ada."
"Gue dukung apapun keputusan yang lo ambil." kata saya tersenyum sambil menggenggam tangannya makin erat.
"Kayaknya kopi udah gak cocok sekarang, Bud. Gimana kalo kita ngebir aja?" kata Peter sambil mengusap airmatanya.
"Setuju!!!" sahut saya langsung memanggi waiter dan memesan bir 2 pitcher.Â
Dalam kasus Peter, saya gak ada andil sama sekali dalam menyelamatkan kasusnya. Saya cuma ngedengerin curhat dia aja tanpa pernah ngasih input apapun. Namun, pertemuan dengan Peter membuat saya mendapatkan hikmah yang luar biasa. Nasihat Ronald untuk Peter buat saya sangat bermanfaat dan menjadi bekal saya jika menghadapi masalah serupa.
Betul kata orang bahwa Tuhan telah memberikan kita mulut dan telinga. Ketika membuka mulut, kita memberi ilmu. Ketika mendengarkan, kita mendapat ilmu. Kenapa Tuhan memberikan 2 telinga dan 1 mulut? Secara simbolik Tuhan ingin mengajarkan bahwa kita harus mendengarkan dua kali lebih banyak daripada berbicara.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H