Mohon tunggu...
Budiman Hakim
Budiman Hakim Mohon Tunggu... Administrasi - Begitulah kira-kira

When haters attack you in social media, ignore them! ignorance is more hurt than response.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Rezeki Itu Sudah Ada yang Ngatur

23 Juli 2018   16:48 Diperbarui: 23 Juli 2018   17:21 1260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Om Bud, gue dapet job ngajar digital copywriting," kata Adhi.

"Alhamdulillah! Semoga barokah deh sharingnya, ya," kata saya sambil menepuk-nepuk pundaknya.

Adhi dan saya adalah sesama trainer. Nama lengkapnya Adhi Sentanu. Kami beberapa kali ngajar bareng di berbagai seminar dan workshop di kampus-kampus atau di sebuah korporasi. Saat itu saya bertemu dengannya di gathering komunitas trainer di sebuah hotel di bilangan Kebayoran Baru.

"Tapi gue cuma dibayar Rp 15 juta," katanya mulai mengeluh.

"Heh? 15 juta kan gede banget?" Saya mengatakan begitu karena dia memang belum lama jadi trainer dan jam terbangnya masih jauh di bawah saya.

"Emang lo kalo ngajar dibayar berapa, Om Bud?"

"Gue jarang masang harga. Terserah yang ngundang gue aja mau ngasih berapa."

"Masak, sih? Rangenya berapa kira-kira?"

"Wah susah, tuh. Tergantung berapa banyak pesertanya, berapa lama waktunya. Kan ada yang cuma 1 jam dan ada juga yang seharian.

"Kira-kira ajalah biar gue dapet gambarannya," desak Adhi lagi.

"Okay! Pernah ada kementerian yang bayar gue Rp 60 juta. Pernah dibayar TV Swasta, 30 juta. Perusahaan asuransi pernah bayar gue, 20 juta. Telekom pernah bayar gue, 10 juta. Kalo kampus-kampus malah lebih gak terprediksi. Ada yang bayar gue antara Rp 1 juta, ada juga Rp10 juta. Kalo jadi dosen tamu sering dibayar kurang dari 1 juta. Tapi kalo acara yang diselenggarakan mahasiswa tanpa sponsor, seringnya gue gak dibayar."

"Lo terima semua, tuh?" tanya Adhi penasaran.

"Ya, iya dong. Kalo ngajar nawaitu-nya harus memberi inspirasi pada murid-murid kita. Jangan ngejer duitnya," kata saya memberi nasihat yang saya dapet dari ayah saya.

"Termasuk ngajar gratisan itu juga lo terima?"

"Terima, dong. Kalo kita bekerja gak dibayar, itu artinya Tuhan berkenan memberi imbalan secara langsung pada kita tanpa perantara," jawab saya lagi mengutip nasihat ayah saya lagi.

"Okeh. Ntar abis ngajar, lo gue traktir, ya. Gue mau diskusi lagi tentang ini. Lo mau gue traktir di mana?" tanya Adhi.

Karena Adhi terlalu itung-itungan, saya memilih resto yang tidak mencekik leher, "Okay! Gimana kalo di resto Cheese chicken aja. Inget gak kita pernah ketemu di sana?"

"Oh, resto yang punya Muchlis itu?"

"Wah, hebat. Kirain udah lupa."

"Nggak dong. Kan waktu itu lo juga yang ngenalin gue sama dia."

"Muchlis asyik kan orangnya?" tanya saya lagi.

"Asyik sih asyik tapi dia promosi melulu. Sampe gue ditawarin buka outlet segala."

"Hahahahaha.....!!!!" Geli juga ngedenger Adhi bernasib sama seperti saya.

Tuhan ternyata maha adil. 3 hari kemudian saya juga mendapat job dari sebuah perusahaan multinasional. Mereka juga meminta saya sharing tentang digital copywriting. Gilanya, perusahaan itu cuma ngasih saya waktu dua hari ke hari 'H'. Tapi karena materi digital copywriting adalah makanan saya sehari-hari, tawaran itu lagsung saya setujui tanpa membicarakan harga.

Workshop berjalan lancar. Semua peserta keliatannya cukup puas dengan materi saya bawakan. Yang bikin surprise ternyata sebagian besar sudah memiliki buku-buku saya. Mereka meminta tandatangan di buku yang mereka bawa. Di samping itu, mereka juga mengusulkan untuk bikin group WA supaya bisa konsultasi ketika mereka mendapatkan kesulitan dalam pekerjaan sehari-hari. Saya mah seperti biasa OK-OK aja. Namanya juga membantu orang kan wajib hukumnya.

Jam 6 Teng, saya pamit pada Boss HRD perusahaan itu yang selama ini menjadi kontak penghubung saya. Dia memperlihatkan bukti transfer sebesar Rp 30 juta di HPnya yang sudah dia kirim ke WA saya. Alhamdulillah.

"Sebetulnya workshop ini tadinya akan diisi oleh orang lain tapi kami batalkan. Karena dia orangnya gak konsisten," kata Si HRD perempuan yang mukanya cantik banget.

"Gak konsisten gimana?" tanya saya.

"Tadinya udah deal Rp 15 juta eh tau-tau dia nelpon lagi minta Rp 30 juta," katanya lagi.

"Oh ya? Namanya Adhi Sentanu, bukan?" tanya saya otomatis teringat pada Adhi.

"Iya betul. Om Bud kenal? Padahal dia udah tanda tangan kontraknya, loh. Gak profesional banget!"

"Iya kenal. Kan sesama trainer." kata saya dengan suara hampir tak terdengar. Diam-diam saya merasa bersalah karena telah mengambil alih proyek Adhi.

"Kalo Rp 30 juta mah mending saya undang Om Bud aja sekalian," katanya lagi tersenyum manis banget sambil menjabat tangan saya sebagai tanda perpisahan.

Dalam perjalanan menuju tempat parkir, saya menelpon Adhi dan Alhamdulillah langsung tersambung, "Halo Adhi. Katanya lo mau nraktir gue di Cheese Chicken?"

"Workshopnya batal, Om Bud. Soalnya mereka resek!" kata suara di seberang sana.

"Oh, begitu. Ya udah kalo gitu gue aja yang nraktir lo. Kita makan malam bareng di sana sekarang, yuk?" ajak saya.

Gak lama kemudian, kami berdua sudah duduk di Cheese Chicken Resto, Bumi Serpong Damai. Resto ini tempatnya gak terlalu besar tapi nyaman. Kami memilih tempat di pojok dan memesan burger dan ayam. Selain murah, menu di sini juga unik. Ada burger yang warnanya hitam dengan taburan wijen di atasnya. Tapi ciri khas yang paling menonjol adalah hampir semua menu selalu ada kejunya.

Ngeliat Adhi makan bernapsu sekali, saya berkata, "Berhubung gue baru dapet honor, lo boleh makan sepuasnya, Dhi. Kalo perlu lo abisin semua menu yang tersedia di sini."

"Serius, lo? Gue kalo udah di resto ini bisa kalap, loh."

"Iya serius. Gue tau kan lo doyan banget makan ayam," tanya saya.

"Mantab! Thanks, Om Bud."

Adhi berdiri untuk memesan makanan lain lagi. Setelah pesanannya terhidang, dia melanjutkan makannya sambil curhat tentang banyak hal seputar workshop yang dia jalani. Keluhannya yang paling dominan adalah tentang klien yang suka menunda-nunda pembayaran sampe lama banget.

"Btw, lo abis ngajar di mana, Om Bud?" tanya Adhi sambil mengunyah ayamnya dengan bernapsu.

"Sebelum gue jawab, tolong kasih tau gue nomor rekening lo," kata saya.

"Eh? Buat apa? Lo mau ngasih gue duit?" tanya temen saya ini asal jeplak yang kebetulan tepat.

"Iya. Gue mau transfer uang Rp 15 juta buat lo."

"Hah???" Kali ini Adhi beneran kaget dan gak bisa ngomong sepatah kata.

Dengan suara perlahan, saya menceritakan bahwa tanpa sengaja saya telah mengambil job yang seharusnya buat dia. Saya meminta maaf dan mengatakan bahwa saya gak tau kalo itu job dia sebelumnya.

"OK! Tapi kenapa lo mau ngasih Rp 15 juta? Masa lo abis ngajar gak dapet apa-apa?" tanyanya keheranan.

"Gue dapetnya Rp 30 juta. Tapi karena tadinya itu job lo, gue pikir lebih baik kita bagi dua aja. Lo gak keberatan, kan?" sahut saya was-was takut dia marah.

Adhi yang biasanya cerewet mendadak terdiam. Saya juga gak ngomong apa-apa kecuali menunggu reaksinya. Suasana jadi rada tegang. Lama juga kediaman menyelimuti kami berdua. Suara knalpot motor dan raungan mesin mobil dari jalan di depan resto terasa bising di telinga. Tapi degup jantung saya rasanya yang paling kencang berbunyi.

"Gue merasa gak pantes nerima uang dari lo, Om Bud. Mendingan simpen aja uang itu buat elo." Akhirnya dia berkata.

"Jangan gitu, dong, Dhi. Gue jadi gak enak banget sama elo, nih," kata saya lagi.

Sejenak keheningan mampir lagi tanpa permisi.

"Gini deh. Supaya kita sama-sama enak...," kata Adhi. Kali ini nada suaranya mulai biasa kembali.

"Gimana-gimana?" tanya saya gak sabar.

"Lo gak usah berbagi honor itu sama gue tapi lo cukup nraktir gue sebanyak 3 kali," kata Adhi tersenyum.

"Boleh! Lo mau makan di mana?"

"Di Cheese Chicken ini aja. Ngapain repot-repot nyari tempat lain. Deal?" sahut Adhi sambil menyodorkan tangannya ngajak salaman.

"Okeh! Deal!" jawab saya menyambut uluran tangannya sambil menghela napas panjang lega..

"Gue boleh nambah lagi, ya?" tanya Adhi sambil bangkit siap memesan lagi.

"Boleh, dong! Emang enak ayam di sini, ya?"

"Ayam biasa aja udah enak apalagi pake keju," kata Adhi.

Hehehehe... Masalah pun selesai dengan baik. Tuhan itu memang maha pemberi solusi. Alhamdulillah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun