"Eh? Buat apa? Lo mau ngasih gue duit?" tanya temen saya ini asal jeplak yang kebetulan tepat.
"Iya. Gue mau transfer uang Rp 15 juta buat lo."
"Hah???" Kali ini Adhi beneran kaget dan gak bisa ngomong sepatah kata.
Dengan suara perlahan, saya menceritakan bahwa tanpa sengaja saya telah mengambil job yang seharusnya buat dia. Saya meminta maaf dan mengatakan bahwa saya gak tau kalo itu job dia sebelumnya.
"OK! Tapi kenapa lo mau ngasih Rp 15 juta? Masa lo abis ngajar gak dapet apa-apa?" tanyanya keheranan.
"Gue dapetnya Rp 30 juta. Tapi karena tadinya itu job lo, gue pikir lebih baik kita bagi dua aja. Lo gak keberatan, kan?" sahut saya was-was takut dia marah.
Adhi yang biasanya cerewet mendadak terdiam. Saya juga gak ngomong apa-apa kecuali menunggu reaksinya. Suasana jadi rada tegang. Lama juga kediaman menyelimuti kami berdua. Suara knalpot motor dan raungan mesin mobil dari jalan di depan resto terasa bising di telinga. Tapi degup jantung saya rasanya yang paling kencang berbunyi.
"Gue merasa gak pantes nerima uang dari lo, Om Bud. Mendingan simpen aja uang itu buat elo." Akhirnya dia berkata.
"Jangan gitu, dong, Dhi. Gue jadi gak enak banget sama elo, nih," kata saya lagi.
Sejenak keheningan mampir lagi tanpa permisi.
"Gini deh. Supaya kita sama-sama enak...," kata Adhi. Kali ini nada suaranya mulai biasa kembali.