"Lo terima semua, tuh?" tanya Adhi penasaran.
"Ya, iya dong. Kalo ngajar nawaitu-nya harus memberi inspirasi pada murid-murid kita. Jangan ngejer duitnya," kata saya memberi nasihat yang saya dapet dari ayah saya.
"Termasuk ngajar gratisan itu juga lo terima?"
"Terima, dong. Kalo kita bekerja gak dibayar, itu artinya Tuhan berkenan memberi imbalan secara langsung pada kita tanpa perantara," jawab saya lagi mengutip nasihat ayah saya lagi.
"Okeh. Ntar abis ngajar, lo gue traktir, ya. Gue mau diskusi lagi tentang ini. Lo mau gue traktir di mana?" tanya Adhi.
Karena Adhi terlalu itung-itungan, saya memilih resto yang tidak mencekik leher, "Okay! Gimana kalo di resto Cheese chicken aja. Inget gak kita pernah ketemu di sana?"
"Oh, resto yang punya Muchlis itu?"
"Wah, hebat. Kirain udah lupa."
"Nggak dong. Kan waktu itu lo juga yang ngenalin gue sama dia."
"Muchlis asyik kan orangnya?" tanya saya lagi.
"Asyik sih asyik tapi dia promosi melulu. Sampe gue ditawarin buka outlet segala."