"Betul! Kalo punya tempat sendiri biayanya tinggal Rp 150 juta."
"Wuiiih... bisa ditekan lagi gak biayanya?" tanya saya mulai tertarik.
"Bisa, dong. Caranya Om Bud patungan aja sama satu temen lagi. Jadinya tiap orang cuma invest Rp 75 juta."
"Hehehehe...cerdas banget. Emang udah pasti untung, tuh?" kata saya.
"Insya Allah. Karena team kami akan survey tempatnya. Kami akan merekomendasikan apakah lokasi itu bagus atau tidak. Dan kami juga akan bantu buatin designnya. Perkiraan kasarnya sehari Om Bud bisa untung sekitar Rp 3 juta. Bersih!"
"Om Bud, aku mau e'e'!" Tiba-tiba Reo menyela pembicaraan.
"Hadoh! Kebanyakan makan sambel, tuh!" Omel saya sembari mengantar dia ke toilet yang letaknya bersebelahan dengan mushola.
"Wah, ada mushola! Ntar kita sholat magrib di sini, yuk?" Reo memang sangat relijius. Sholatnya gak pernah tinggal. Gara-gara dia, saya bisa sholat 5 waktu karena setiap pagi dia bangunin saya buat sholat subuh.
Pembicaraan semakin asyik. Tanpa terasa sudah 3 jam saya di tempat itu. Reo akhirnya selesai juga dengan makanannya. Sebelum pulang, kami menyempatkan diri sholat magrib di mushola yang tadi. Musholanya kecil dan hanya cukup untuk tiga orang kalo sholat berjamaah.Â
Baru saja pamit salaman dengan Mooks, tiba-tiba seseorang datang menyapa saya. Â "Woiii, Om Bud. Ngapain lo di sini?" Â . Â
"Hey, Adhi! Sama siapa, lo?" Ternyata dia Adhi. Temen sesama trainer dan saya langsung menyalaminya.Â