Saat kelas workshop storytelling mau dimulai, seseorang menghampiri saya dan berkata, "Om Bud, perkenalkan nama saya Abdul Riziek. Saya ke sini nganter isteri saya. Dia yang mau belajar storytelling."
"Oh? Kenapa gak ikutan aja sekalian?" tanya saya sambil melirik ke arah isterinya. Wuiiih...cantik juga loh. Hehehehe...
"Saya seorang blogger dan saya sering diminta menulis oleh hotel dan resto untuk mempromosikan produk mereka."
"Wah, keren dong? Ngobrolnya sembari ngopi, yuk?" sahut saya. Para peserta workshop memang disediakan sarapan kue-kue dan kopi ala kadarnya
Sambil ngopi dan ngerokok berdampingan, lelaki berusia sekitar 30-an itu ngomong lagi, "Saya gak ikut kelas ini karena buat saya, tulisan blogger dan tulisan storyteller gak ada bedanya."
"Oh ya?" tanya saya seraya menyeruput kopi kebanyakan gula akibatnya rasanya jadi rada kemanisan.
"Minimal sampe saat ini, saya belum ngeliat bedanya. Emang ada bedanya?" tanya Riziek lagi agak ofensif.
"Agak susah menjawab pertanyaan itu karena kalo gue terangin pasti lo akan membantah omongan gue," kata saya lagi.
"Berarti saya gak akan pernah dapet jawabannya, dong?"
Sejenak saya terdiam, mengambil risoles dan 5 cabe rawit sekaligus dan langsung saya masukan ke dalam mulut. Begitulah biasanya cara melakukan buying time, pura-pura sibuk padahal mikir gimana cara menjawab pertanyaan ini.
"Terakhir lo nulis tentang apa?" tanya saya.