Beberapa waktu yang lalu, kantor kami menyelenggarakan program team building karena suasana di kantor mulai terasa kurang nyaman dengan adanya block-block antara sesama staf. Acara tersebut diselenggarakan di daerah Cikreteg, Ciawi,
Saya suka banget sama EO Team building ini. Gak percuma kami menyewa mereka mahal-mahal karena programnya sangat inspiratif dan bermanfaat. Bahkan baru acara pembukaannya aja sudah mampu membuat pikiran kami terbuka. Sang Instruktur membuka sesi dengan melemparkan sebuah pertanyaan sederhana pada seluruh peserta.
"Kalian kan berkantor di MACS909. Nah, pertanyaan saya; apa yang paling kalian ingat tentang kantor MACS909?" tanyanya menatap hadirin sambil memegang spidol siap menuliskan jawaban yang akan diterimanya.
Terdengar suara lebah berdengung di ruangan itu sampai akhirnya terdengar sebuah jawaban berasal dari peserta yang ada di pojok kanan.
"Internetnya lambat!" teriak orang itu.
"Kantornya jauh dan macet," sahut yang lain lagi.
"Gaji gak naik-naik," tukas seseorang yang langsung disambut tawa bergelak-gelak dari seluruh peserta.
"Gak ada uang lembur padahal kadang kita kerja sampe pagi," kata yang lainnya.
"Terlalu menempatkan diri sebagai budak klien, jadinya kita yang capek kerjaan gak approved-approved," staff dari departemen kreatif juga gak mau kalah.
Sang instruktur dengan tangkas mencatat semua jawaban itu. Setelah jumlah jawaban sudah mencapai 100, dia berhenti dan berkata, "OK. 100 jawaban rasanya sudah cukup. Sekarang mari kita hitung, mana jawaban yang positif dan berapa jawaban yang negatif."
Setelah dikalkulasi, ternyata jawaban yang positif cuma ada 16 sedangkan 84 lainnya adalah jawaban negatif.
"Coba kalian lihat perbandingan jawaban ini. Cuma 16% yang menjawab positif. 84% memberi jawaban negatif," kata Si Instruktur.
Kali ini semua diam menunggu arah pembicaraan Sang Instruktur.
"Padahal saya bertanya secara umum. 'Apa yang kalian ingat dari MACS909'. Saya tidak bertanya apakah kejelekan-kejelekan MACS909 tapi toh kalian lebih fokus ke hal yang negatif dalam menjawab."
Semua orang terdiam.
"Tapi memang begitulah sifat manusia secara umum. Kita lebih sering bersikap negatif daripada positif. Kita cenderung lebih suka mencela daripada memuji.
"Ah, masak, sih? Saya gak percaya pendapat itu," tukas seseorang.
Mendengar celetukan itu, Sang Instruktur tidak menjawab. Dia mengambil kertas dan membagikannya pada seluruh peserta.
"Saya kasih waktu 5 menit. Tugas kalian adalah cari kata makian lalu tuliskan di kertas. Berapa banyak yang kamu temukan?"
Hadirin mengangguk tanda mengerti.
"Setelah itu coba cari kata pujian kemudian tulis juga di kertas. Berapa banyak yang ditemukan? Lalu bandingkan jumlahnya dengan kata makian."
Semua orang langsung bekerja. Dan believe it or not, ternyata beneran loh. Gak ada satu pun yang berhasil mengumpulkan kata pujian lebih banyak. Astaghfirullah! Ternyata memang jauh lebih gampang nyari kata makian daripada kata pujian. Aneh banget! Kita tau bahwa semua orang seneng dipuji. Kita juga tau bahwa semua orang gak suka kalo dimaki. Lalu kenapa kata makian yang berenerji negatif lebih sering keluar dari mulut kita.
Saya jadi merenung sendiri. Bener juga ya? Memuji adalah perbuatan sederhana yang sering orang pelit memberikannya. Padahal gak ada faktor untung-rugi di dalamnya. Pilih kata pujian apa aja, terserah! Semuanya gratis, kok. Misalnya kalo kita liat temen kita sering pake baju biru, kita bisa mengatakan, "Lo suka warna biru, ya? Biru emang keren! Pas banget buat elo."
Gampang, kan? Tapi lebih sering yang kita denger gak gitu. Kita lebih sering mendengar komentar, "Semua baju lu biru semua, ya? Sampe robek dan nodanya kok bisa sama sih tempatnya?" Hehehehe...
Atau ada temen yang pake sepatu baru, lalu ada rekannya yang bilang, "Wah sepatu baru, ya? Kenalan dulu dong.." Habis ngomong gitu, dia menginjak-injak sepatu baru temannya. Emang sih maksudnya becanda tapi saya yakin perbuatan seperti itu adalah ekspresi dari daya tolak kita.
Loh? Daya tolak? Apa lagi itu?
Jadi begini. Kita tentunya akrab dengan istilah "daya tarik". Kita pastinya ingin menemukan daya tarik kita lalu memaksimalkannya agar bisa disukai dalam komunitas kita berada. Kita semua paham soal itu.
Namun kita tidak boleh lupa pada yin dan yang atau hukum keseimbangan. Kalo ada daya tarik tentunya juga ada daya tolak. Daya tarik adalah enerji yang akan menarik perhatian orang di sekeliling kita. Daya tolak adalah sesuatu di dalam diri yang membuat orang menjauhi kita. Nah, pernah gak kita memikirkan daya tolak kita?
Suka memuji itu adalah daya tarik. Suka memaki adalah daya tolak. Tapi yang namanya manusia itu ternyata bener-bener complicated. Semua orang pengen punya daya tarik tapi ogah memuji. Semua orang gak ingin punya daya tolak tapi makian demi makian tetep dilontarkan.
Ada orang bijak berkata, "Memang gak mudah ternyata menjadi orang bijak." Saya setuju. Jangankan jadi orang bijak, definisi orang bijak aja saya sendiri masih kurang paham. Pernah saya bertanya pada Ibu saya, "Apa sih definisi orang bijak itu?"
"Kalo ada bisul besar di ujung hidung temanmu dan kamu tidak komentar...nah berarti kamu sudah tergolong orang bijak," jawab ibu saya seraya tersenyum.
Hahahahaha...! Omongan ibu saya kedengarannya sepele tapi saya tau itu susah dilakukan. Kalo ngeliat temen kita bisulan kayak gitu pasti otomatis saya akan nyeletuk tanpa berpikir, "Idung lo udah kayak hotel aja bisa bertingkat begitu." Hahahahaha....!!! Oups! Ternyata daya tolak saya besar sekali.Â
Kembali ke acara team building, selama 3 hari dua malam kami digembleng tentang bagaimana berpikir positif dan membangun teamwork yang kompak. Intinya, secara umum kami puas sekali dengan programnya.
Sebelum acara ditutup, Sang Instruktur berpesan, "Dalam sebuah perusahaan, dari presdir sampe office boy adalah sebuah team sehingga kalo mau maju, kalian harus membangun teamwork yang solid. Harus berpikir positif dan saling mendukung. Kalo ada yang kurang ayo seluruh team memperjuangkan bareng-bareng untuk menutup kekurangan itu. Setuju?" kata Si Instruktur.
"Setuju!" kata hadirin dengan penuh semangat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H