"Cari dong Si Ewok. Jangan-jangan dia diculik sama setan yang gangguin gue semalem," kata Toni dengan suara gemetar.
"Arthur ke mana?" tanya seseorang lagi.
Kembali orang-orang celingukan, sebagian lagi memeriksa semua tenda namun Ewok dan Arthur menghilang, entah pergi ke mana. Semua orang kembali was-was, kuatir akan keselamatan kedua orang itu. Semua orang berdiskusi tentang bagaimana cara menemukan kedua teman kami yang menghilang. Saya sendiri cuma merokok sambil menyender di sebuah batang pohon. Entah kenapa, saya yakin sekali kalo Ewok dan Arthur baik-baik saja. Kedua orang itu adalah tipe manusia pemberani. Kalo mereka gak ada, pastilah karena sedang melakukan sesuatu yang mereka anggap penting.
Seorang teman bernama Wiwin nyeletuk, "Begini deh. Kita tunggu keduanya sampe makan malam. Kalo sampe selesai makan malam mereka belum nongol, baru kita ngelapor ke kepala desa. Setuju?"
"Setuju!!!" Seperti paduan suara semua orang menyahut kompak banget.
Jam 8 teng, makan malam pun dihidangkan oleh para perempuan dengan menu mie goreng dan nasi goreng yang dicampur kornet. Santapan yang lezat bukan main walaupun rasa micinnya luar biasa jahat. Kalo kemping di udara dingin, perut kami selalu berubah menjadi diktator yang secara keji memerintahkan segala macam makanan untuk dimasukkan ke dalam mulut.Â
Baru saja acara makan selesai, Ewok dan Arthur datang. Semua orang bernapas lega dan menyambut kedatangan mereka dengan suka cita. Anehnya, Ewok dan Arthur datang tidak hanya berdua. Mereka membawa seorang kakek-kakek yang sudah sangat tua bersama mereka. Kakek tua ini memakai  pakaian serba hitam. Bajunya hitam, celananya hitam, ikat kepalanya hitam bahkan sandal jepit yang dipakainya juga berwarna hitam. Di pinggangnya melilit sebuah sarung bermotif batik. Hanya rambut, kumis dan jenggotnya saja yang berwarna putih.
Walaupun sudah tua, kakek itu nampak masih terlihat gesit. Matanya separuh terpejam dan mulutnya bergerak-gerak, berkomat-kamit entah sedang mengatakan apa. Di tangannya, dia membawa sebuah baskom yang ditutupi oleh serbet yang sudah sangat lusuh.
"Mau makan, Wok?" tanya Dina seorang teman perempuan menawarkan.
"Soal makan nanti dulu. Coba semua teman berkumpul di api unggun karena saya akan mengumumkan sesuatu yang penting," kata Ewok.
Mendengar suara Ewok yang sangat serius, suasana menjadi sedikit tegang lagi, tanpa terasa kami mengikuti perintah Ewok. Semua berkumpul membuat lingkaran di sekitar api unggun.