Sambil meneguk air kata-kata langsung dari botolnya, Toni menjawab, "Kita mau bikin dua tameng pertahanan, Wok."
"Maksudnya gimana?" tanya Arthur juga gak kalah rasa ingin taunya.
"Jadi begini..." Kali ini Berti yang menjawab, " Melalui sholat, kita minta Tuhan melindungi kita. Dan melalui whiskey, kita minta setan berdamai dengan kita agar tidak mengganggu lagi."
"Hahahahahaha...." Hadi dan Arthur tertawa terbahak-bahak mendengar strategi mereka yang unexpected tersebut.
Dan malam itu, Ewok, Hadi, Arthur dan saya menerima getah dari kejadian ini. Toni dan Berti tidak mengijinkan kami untuk kembali ke tenda. Mereka memaksa kami untuk menemani mereka sampai pagi di api unggun. Akhirnya jadilah kami berenam menggadangi bulan ditemani whiskey, rokok dan Indomie yang dimasak oleh Arthur.
Ketika fajar menyingsing, suasana berjalan kembali normal. Ada sebagian teman yang turun ke kampung terdekat untuk membeli perbekalan makanan. Ada yang berolahraga pagi dengan melakukan hiking di sekitar hutan pinus, ada juga yang berjalan menuju air terjun. Di Sukamantri memang terdapat beberapa air terjun, antara lain namanya Curug Nangka, Curug Luhur dan Curug Surya Kencana.
Saya sendiri masuk ke tenda dan mencoba untuk tidur. Peristiwa semalam membuat saya cukup kelelahan sehingga tanpa terasa saya tertidur sampai dibangunkan untuk makan siang.
Menjelang magrib, gelap pun mulai datang. Toni dan Berti mulai paranoid lagi. Dengan segera keduanya mengumpulkan kayu sebanyak-banyaknya dan mulai menyalakan api unggun. Pokoknya mereka ingin suasana tetap terang benderang untuk mengusir ketakutan mereka.
"Eh, Si Ewok mana ya?" Tiba-tiba Kiki salah seorang teman bertanya.
"Wah? Ewok ke mana? Kok gak ada?" seru Didi, teman lain di sebelah Kiki.
Mendengar pertanyaan itu, Toni dan Berti hatinya tercekat kembali.