Mohon tunggu...
Budiman Hakim
Budiman Hakim Mohon Tunggu... Administrasi - Begitulah kira-kira

When haters attack you in social media, ignore them! ignorance is more hurt than response.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dukun Sakti dari Sukamantri

28 September 2017   12:44 Diperbarui: 28 September 2017   18:06 2516
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di sebelah mereka, Ewok menginterogasi Toni untuk mengetahui lebih jelas apa yang sebenernya mereka alami. Awalnya Toni sulit bercerita karena debur jantungnya masih memburu. Setelah menarik napas panjang berkali-kali, akhirnya dia mampu juga menguasai diri. Dengan suara sesunggukan Toni bercerita. Jadi kisahnya begini.

Berti dan Toni adalah anggota kami yang datang menyusul ke Sukamantri. Mereka datang dengan kendaraan umum. Dari bawah mereka berjalan kaki menempuh jalan sekitar 5 km ke tenda kami. Namun untuk menghemat waktu, mereka memutuskan untuk mencari jalan pintas melalui jalan setapak menembus hutan pinus yang sangat gelap. Dengan hanya berbekal 1 senter kecil yang dipegang oleh Toni, kedua sahabat itu berjalan menyusuri jalan setapak yang agak licin karena gerimis yang turun sore tadi.

Karena udara sangat dingin, Toni tiba-tiba kebelet pipis. Dia menyuruh Berti agak menjauh lalu dia sendiri pipis di batang sebuah pohon pinus yang ukurannya setinggi pohon kelapa. Suasana sangat sepi, yang terdengar hanya suara binatang tenggoret dan air kencing Toni yang menghantam batang pinus dengan derasnya.

Sedang asik-asiknya buang hajat kecil, sekonyong-konyong pohon pinus itu bergerak menjauhi Toni. Tentu saja Toni terkejut bukan main, dia menengok ke arah pohon pinus tersebut dan apa yang dilihatnya? Tidak ada pohon pinus. Yang ada adalah seorang laki-laki setinggi pohon kelapa menggunakan sarung dan baju putih dengan peci di kepala. Dan yang lebih mengerikan, mahluk raksasa tersebut berdiri tanpa menyentuh tanah alias mengambang di angkasa.

Makhluk besar itu sekarang juga memandang Toni dengan sinar mata tajam, mulutnya menyeringai seram sekali dan kedua tangannya bergerak seperti binatang buas yang hendak menerkam mangsanya.

"Waaaaaaa...!!!!!" Ketakutan yang luar biasa membuat Toni berlari lintang pukang sambil berteriak-teriak minta tolong. Berti yang tidak mengerti apa yang terjadi ikut ketakutan melihat tingkah laku temannya. Karena sangat panik, dia berlari tanpa senter sehingga keduanya terpisah satu sama lain. Mereka sempat berputar-putar di sekitar hutan pinus cukup lama sampai akhirnya sampai di base camp dengan cara seperti di atas.

Selesai bercerita, Ewok berkata pada saya, "Bud, tolong ambil senter. Lo cek dan jalan ke arah datangnya Toni dan gue ngecek ke arah datangnya Berti. Okay?"

"Okay, Boss!" sahut saya seraya berjalan ke arah tenda dan mengambil dua buah senter besar. Yang satu, saya serahkan ke Ewok.

"Sekarang Hadi temenin Budiman dan Arthur sama gue. Yuk, berangkat!" kata Ewok lagi.

Ngeliat saya dan Ewok hendak pergi, Toni dan Berti semakin panik. Arthur dan Hadi dengan sabar berusaha untuk menenangkan kedua anak itu.

"Jangan tinggalin gue. Gue takut setannya datang lagi. Tolong jangan tinggalin gue...!!!' Kedua korban dengan suara memelas memohon untuk tetap ditemani.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun