Tidak jauh dari Kota Bogor, terdapatlah sebuah Camping Ground bernama Sukamantri. Letaknya di selatan kota hujan dan merupakan salah satu pintu dari jalur pendakian Gunung Salak. Ketinggiannya sekitar 800 M di atas permukaan laut. Suasananya sejuk sehingga Sukamantri menjadi salah satu pilihan buat para pecinta alam untuk berkemah.
Kelompok pecinta alam kami, Phidelta, sedang camping di sana. Waktu itu tahun 1985, jadi suasana bumi perkemahan ini masih sepi. Pepohonannya masih rimbun menyerupai hutan dan jalanannya masih sangat jelek sehingga kendaraan jeep menjadi pilihan utama jika tidak ingin mendapatkan risiko mobil rusak. Sekarang ini, Sukamantri sudah seperti kebun raya, untuk masuk ke sana dikenakan biaya masuk dan di sepanjang jalan setelah loket berjejer warung-warung makan buat yang malas untuk memasak.
Cukup banyak anggota kelompok pecinta alam kami yang ikut berpartisipasi dalam acara kemping ini. Jumlahnya sekitar 20 orang ditambah 2 orang lagi yang akan menyusul tengah malam nanti.
Sesampainya di camping ground, pembagian pekerjaan pun dilakukan. Cowo-cowo memasang tenda, sebagian lainnya mengambil air bersih dari mata air yang letaknya tidak jauh dari base camp sedangkan cewe-cewe mengeluarkan peralatan memasak untuk menyiapkan makan malam nanti. Makan malam bersama sambil mengelilingi api unggun adalah saat yang paling menyenangkan. Kapan kalian terakhir kali makan malam sambil memandang bintang dan diiringi musik gitar dan suara sumbang dari teman-teman kita? Udah gak inget lagi, kan?
Tepat pukul 12 malam, sebagian besar peserta mulai mengantuk dan masuk ke dalam tenda untuk beristirahat. Sekarang, di api unggun, tinggallah saya bersama dua orang teman yang namanya Ewok, Hadi dan Arthur. Ewok adalah ketua kelompok pecinta alam Phidelta. Orangnya gesit, baik dan mempunyai leadership yang tinggi. Hadi yang senang dengan hal yang berbau klenik menambah kayu agar api unggun tetap menyala. Sementara saya sendiri sibuk dengan gitar mengiringi Arthur menyanyi.
"Setaaaaaan...!!! Toloooong setan....tolong ada setaaan!!!!"
Sedang asik-asiknya menikmati suasana malam, tiba-tiba terdengar suara pekikan dan bayangan seseorang menghampiri api unggun.
Secara refleks, kami berempat berdiri dan melihat bayangan tersebut menghampiri. Seseorang nampak berlari dengan sangat panik lalu jatuh kemudian berdiri dan kembali berlari ke arah kami dengan ketakutan yang luar biasa.
"Wah itu Si Toni tuh," kata Hadi.
"Iya, kenapa dia, ya?" tanya Arthur.
Bruk! Toni terjatuh kembali tepat di samping unggun dan mulutnya masih memekik, "Waaaaaa....!!! Tolongin gue. Gue dikejar setaaaan...!!!!"