Seorang temen pernah mengkalkulasi pendapatan Agung Hafsah, menurut perhitungan kasar versi teman tersebut, penghasilan Agung Hafsah sudah mendekati Rp 100 juta perbulan. Ck..ck...ck.... Ya gak heranlah, soalnya Agung Hafsah sudah memiliki lebih dari 500 ribu subscriber. Dalam hati saya jadi bertanya-tanya, berapa penghasilan Raditya Dika sebagai Youtuber mengingat subscribernya sudah melampaui dua juta orang.
Masih banyak nama-nama Youtuber yang vlognya banyak dikunjungi visitor. Kaesang anak Jokowi adalah salah satu di antaranya. Bahkan, Presiden Jokowi juga mempunyai vlog. Kontennya sederhana dan bukan berupa berita yang heboh-heboh, kambing melahirkan pun dibuat vlognya oleh Jokowi dan bisa menjadi viral. Â Ya iyalah, presiden gitu loh, hehehe....
4. Share
Share juga salah satu cara orang untuk bernarsis. Banyak loh tipe pengguna sosial media yang pemalas. Mereka sudah puas berfungsi sebagai penikmat dan malas untuk berkarya. Jadi kerjaannya cuma komen atau nge-share sesuatu yang dianggap menarik. Itu sebabnya, di Kaskus, orang sering ngasih komentar dengan kata 'PERTAMAX'. Kata 'pertamax' itu sendiri sudah mengandung makna pembuktian kenarsisan. Artinya hanya dengan menjadi orang pertama yang berkomentar pun ternyata sudah merupakan kebanggaan tersendiri bagi mereka. Â Â
Tapi perlu diingat, mereka gak akan mau nge-share sesuatu yang sudah diketahui banyak orang. Mereka hanya mau nge-share postingan yang mereka yakini adalah sesuatu yang baru, sesuatu yang heboh dan belom diketahui oleh teman-teman di komunitasnya. Nah, insight ini pula yang sering dimanfaatkan oleh orang-orang jahat di dunia digital.
Di sosial media cukup banyak orang yang berbisnis berita fitnah. Mereka sangat mengerti bahwa pengguna sosial media terlalu mudah untuk nge-share sebuah berita baru dan heboh. Mereka memanfaatkan insight ini untuk mendapatkan uang. Caranya bagaimana? Mudah saja. Mereka memberitakan aib orang terkenal. Kalo aibnya gak ditemukan, mereka memfitnah orang tersebut dengan berita yang memalukan lalu barisan buzzer siap memviralkannya. Ketika membaca berita tersebut, tentu saja kita terkejut dan tanpa menyelidiki lebih lanjut langsung kita share ke komunitas kita. Teman-teman juga kaget lalu nge-share lagi dan akhirnya kita tanpa sengaja membantu para penjahat memviralkan berita bohong.
Setelah berita heboh tersebut menjadi pembicaraan di masyarakat luas, Sang Korban tentu saja panik dan malu. Nah, di saat itulah para penjahat digital memerasnya dengan meminta uang pada orang yang difitnah dengan imbalan mereka akan menyetop pemberitaan tersebut. Sadis banget ya?
Boleh percaya, boleh tidak, tindak kejahatan seperti ini sangat banyak bahkan lalu berkembang menjadi bisnis beneran. Kelompok orang-orang ini bisa disewa oleh orang tertentu untuk menyingkirkan pesaingnya. Mereka ini datang dari kalangan politik, artis, bisnis, birokrasi dan lain-lain.
So, teman-teman, silakan bernarsis ria. Nasihat saya cuma satu: Kalo mau narsis, bernarsislah dengan cara yang positif dan lakukanlah dengan creative attitude. Tuhan itu maha adil. Dia selalu memberi hadiah pada orang yang bekerja. Kalo karya kalian bagus, bukan mustahil kalian akan menjadi celeb berikutnya di sosial media.
Selamat bernarsis!Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H