Mohon tunggu...
Budiman Hakim
Budiman Hakim Mohon Tunggu... Administrasi - Begitulah kira-kira

When haters attack you in social media, ignore them! ignorance is more hurt than response.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Membedah Puisi Karya Sapardi Djoko Damono

29 Agustus 2016   00:03 Diperbarui: 31 Agustus 2016   15:43 1372
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Okay kita lanjut ke bait kedua.

'"Kabel telpon memperingatkan angin yang sedang memungut daun itu dengan jari-jarinya gemas, "Jangan berisik, mengganggu hujan!"'

Analisa saya begini: Ngeliat Sang Kakak menarik-narik tangan adiknya dengan gemas, pastilah mereka sambil berteriak-teriak sehingga membuat keributan. Itu sebabnya Sang Ibu (kabel telepon) berkata, “Jangan berisik mengganggu hujan.” 

Siapakah tokoh 'hujan'? Yuk kita lanjut ke bait terakhir.

'“Hujan meludah di ujung gang lalu menatap angin dengan tajam, hardiknya, 'Lepaskan daun itu!"'

Bait terakhir pasti jauh lebih mudah dimengerti. Tokoh 'hujan' tentunya Sapardi Djoko Damono sendiri. Pak Sapardi (Hujan) terganggu dengan keributan itu dan langsung membentak, “Berisik! Jangan ganggu adikmu!”

Dari sekian banyak puisinya, saya menemukan, Sapardi sering sekali menggunakan simbol 'hujan' dan 'arjuna' untuk merepresentasikan dirinya sendiri. Terus terang saya cukup tergelitik untuk mengetahui lebih dalam tentang ini. Sebuah kasus yang sangat menantang untuk dibahas dalam artikel tersendiri hehehe..

Waktu saya mengajar di sebuah workshop, salah seorang peserta berkomentar, “Om Bud tau kan kalo saya ini seorang Slanker?”

“Wah ga tau tuh? Emang kenapa?” tanya saya.

“Sebagian besar lagu Slank yang mengacu pada perempuan, sebenernya itu adalah simbol dari drugs.” katanya lagi.

“Itu teknik yang biasa digunakan oleh penyanyi Amerika jaman dulu.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun