Pernah ga kalian membaca sebuah puisi dan sulit menemukan maknanya. Kenapa ya kira-kira?Â
Nah itu dikarenakan Si Penyair sering menggunakan simbol yang lumayan sulit untuk dimengerti. Kalo kita cukup mengenal Si Penyair, mungkin akan lebih mudah menemukan simbol tersebut dan mereka-reka maksudnya. Misalnya puisi Pak Sapardi Djoko Damono di bawah ini:
PUISI CAT AIR UNTUK RIZKI
Angin berbisik kepada daun jatuh yang tersangkut kabel telpon itu, "Aku rindu, aku ingin mempermainkanmu! "
Kabel telpon memperingatkan angin yang sedang memungut daun itu dengan jari-jarinya gemas, "jangan berisik, mengganggu hujan!"
Hujan meludah di ujung gang lalu menatap angin dengan tajam, hardiknya, "Lepaskan daun itu!"
Gimana? Susah ga puisinya?
Coba kita bahas ya? Ada 4 tokoh dalam puisi ini. 1. Angin. 2. Daun 3. Kabel telpon dan 4. Hujan. Menurut kalian mereka siapa? Empat tokoh di sana menyimbolkan siapa saja?
Saya cukup mengenal Sapardi Djoko Damono. Dan saya tau beliau punya anak bungsu yang bernama Rizki. Jadi berdasarkan judul dari puisi tersebut dapat disimpulkan bahwa Sapardi membuat puisi untuk anak bungsunya itu. Saya curiga kata ‘cat air’ ditulis di sana hanya sebagai penanda bahwa puisi ini untuk anak kecil. Biasanya anak kecil kan yang sering bergelut dengan cat air?
Sekarang kita mulai mengupas bait pertama.
'"Angin berbisik kepada daun jatuh yang tersangkut kabel telpon itu, "Aku rindu, aku ingin mempermainkanmu!"'
Saya punya kecurigaan yang kuat bahwa ‘Daun’ adalah Rizki. Sedangkan ‘Angin’ adalah kakaknya. Kakaknya hendak mengajak Rizki bermain, masalahnya Rizki sedang tersangkut di kabel telepon.Â
Lalu siapa ‘kabel telepon’? Pasti itu ibunya. Kata ‘tersangkut di kabel telepon itu’ tentunya adalah cara Sang Penyair untuk mengatakan bahwa Rizki sedang berada dalam pelukan ibunya.