Mohon tunggu...
Budiman
Budiman Mohon Tunggu... Guru - Penulis ⦁ Mubaligh ⦁ Guru

Penulis 2 buku non fiksi remaja (Kun Al Fatih 2017 dan Falyaqul Khairan 2018) ⦁ Mubaligh (Alumni Ma'had Kutubussittah Babussalam Makassar 2016 dan Ma'had Albirr Unismuh Makassar 2021) ⦁ Guru (SMA Wihdatul Ummah Takalar)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mengenal Para Peneliti Sekaligus Pakar Tafsir Nusantara

9 Desember 2024   11:06 Diperbarui: 9 Desember 2024   12:10 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mengenal pakar tafsir Indonesia (sumber: canva.com)

Dalam khazanah Islam di Indonesia, tafsir Al-Qur'an memiliki tempat yang sangat penting. Tidak hanya menjadi pedoman kehidupan beragama, tafsir juga menjadi medium dialog antara nilai-nilai universal Islam dengan konteks sosial dan budaya lokal. 

Sejarah mencatat kehadiran para pakar tafsir di Nusantara yang memberikan kontribusi besar dalam memperkenalkan dan memperdalam pemahaman terhadap Al-Qur'an. Mereka tidak hanya menulis, tetapi juga membangun tradisi intelektual yang membumi di tengah masyarakat.

Mereka Para Pembawa Obor Tafsir Nusantara

1. T.M. Hasbi Ash-Shiddieqy: Tafsir untuk Semua Zaman

T.M. Hasbi Ash-Shiddieqy (sumber: tirto.id)
T.M. Hasbi Ash-Shiddieqy (sumber: tirto.id)

T.M. Hasbi Ash-Shiddieqy lahir pada 10 Maret 1904 di Lhokseumawe, Aceh. Ia merupakan seorang ulama dan cendekiawan Muslim yang berperan penting dalam pengembangan ilmu tafsir dan fikih di Indonesia. 

Setelah menempuh pendidikan di berbagai pesantren dan perguruan tinggi, ia menjadi dosen di PTAIN Yogyakarta dan menulis lebih dari 50 buku, termasuk Tafsir An-Nur dan Tafsir al-Bayan. Hasbi dikenal sebagai tokoh pembaharu Islam yang mengedepankan fikih yang relevan dengan konteks zaman. Ia wafat pada 9 Desember 1975.

T.M. Hasbi Ash-Shiddieqy dikenal sebagai salah satu ulama yang berkontribusi besar dalam pengembangan ilmu Al-Qur'an dan tafsir di Indonesia. Karya-karyanya, seperti *Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir*, *Ilmu-Ilmu Al-Qur'an (Ulumul Quran)*, serta *Kitab Tafsir Al-Qur'an Majid An-Nur* dan *Kitab Tafsir al-Bayan*, terus dijadikan rujukan dalam studi tafsir hingga saat ini

2. Shaleh Darat: Tafsir dengan Rasa Jawa

KH Shaleh Darat (sumber: hidayatuna.com)
KH Shaleh Darat (sumber: hidayatuna.com)

Shaleh Darat adalah seorang ulama yang lahir di Semarang pada abad ke-19. Ia dikenal dengan karya Tafsir Faidh ar-Rahman, yang ditulis dalam aksara pegon dan menggunakan bahasa Jawa. Karyanya ini sangat berpengaruh dalam memperkenalkan tafsir kepada masyarakat Jawa. Tafsir ini mudah dipahami oleh masyarakat Jawa karena menggunakan bahasa sehari-hari mereka.

3. Nawawi al-Bantani: Tafsir Marah Labid

Nawawi al-Bantani (sumber: hidayatuna.com)
Nawawi al-Bantani (sumber: hidayatuna.com)

Nawawi al-Bantani lahir pada tahun 1813 di Banten. Ia terkenal dengan karyanya Tafsir Marah Labid, yang merupakan terjemahan dari Tafsir Jalalayn. Nawawi berusaha menggabungkan tradisi tafsir klasik dengan konteks lokal.

Nawawi al-Bantani menulis Tafsir Marah Labid dalam bahasa Arab dan menggunakan sistem penulisan modern. Ia dikenal karena pendekatan fiqh dan tasawuf dalam penafsirannya, yang memberikan kontribusi signifikan pada perkembangan tafsir di abad ke-19.

4. Buya Hamka: Tafsir al-Azhar dan Konteks Sosial

Buya Hamka (sumber: kalimahsawa.id)
Buya Hamka (sumber: kalimahsawa.id)

Haji Abdul Malik bin Abdul Karim Amrullah, atau Buya Hamka, lahir pada 17 Februari 1908 di Sumatera Barat. Ia adalah sastrawan dan ulama yang menulis Tafsir al-Azhar, sebuah tafsir yang mengedepankan konteks sosial masyarakat. Buya Hamka juga aktif dalam gerakan sosial dan politik.

Nama Buya Hamka sudah tidak asing lagi dalam dunia tafsir Al-Qur'an di Indonesia. Melalui Tafsir al-Azhar, ia menyampaikan ajaran Islam dengan bahasa yang indah dan mudah dipahami. Tafsirnya tidak hanya berisi interpretasi ayat-ayat Al-Qur'an, tetapi juga mengangkat isu-isu sosial yang relevan dengan masyarakat Melayu pada masanya.

5. Quraish Shihab: Membumikan Al-Qur'an

Quraish Shihab (sumber: ngopibareng.id)
Quraish Shihab (sumber: ngopibareng.id)

Lahir di Sumatera Selatan pada tahun 1944, Quraish Shihab adalah salah satu cendekiawan Muslim terkemuka di Indonesia. Tafsir al-Misbah, karyanya yang monumental, membahas Al-Qur'an dengan bahasa Indonesia yang lugas dan modern. Ia berhasil menghadirkan Al-Qur'an sebagai pedoman hidup yang dapat diakses oleh semua kalangan. 

6. Moh E. Hasim: Pesan Al-Qur'an dalam Bahasa Sunda

Moh E. Hasim (sumber: fimadina.com)
Moh E. Hasim (sumber: fimadina.com)

Moh E. Hasim dari Sunda menyumbangkan Tafsir Ayat Suci Lenyepaneun, yang menjadi penghubung antara Al-Qur'an dan masyarakat Sunda. Melalui karyanya, ia menjaga kelestarian bahasa lokal sambil menyampaikan ajaran agama secara mendalam.

7. Abd al-Ra'uf al-Sinkili: Tafsir Jalalayn dalam Bahasa Melayu

Abd al-Ra'uf al-Sinkili (sumber: laduni.id)
Abd al-Ra'uf al-Sinkili (sumber: laduni.id)

Abd al-Ra'uf al-Sinkili dari Aceh adalah pelopor tafsir di Nusantara melalui karyanya Tarjuman al-Mustafid. Tafsir ini, yang diterjemahkan dari Tafsir Jalalayn, menjadi salah satu rujukan pertama yang menggunakan bahasa Melayu, sehingga mendekatkan pesan Al-Qur'an kepada masyarakat luas.

Pelajaran dari Tradisi Tafsir Nusantara

Keberagaman pendekatan dalam tafsir Nusantara mencerminkan fleksibilitas dan kedalaman Islam dalam merespons kebutuhan masyarakat lokal. Para ulama ini tidak hanya menjadi penerjemah ayat-ayat Al-Qur'an tetapi juga mediator yang menyampaikan pesan ilahi dalam bahasa yang akrab bagi masyarakatnya.

Di tengah tantangan globalisasi dan modernisasi, warisan para pakar tafsir ini memberikan pelajaran berharga tentang pentingnya kontekstualisasi dalam kajian keislaman. Tafsir Nusantara menunjukkan bahwa tradisi Islam dapat hidup berdampingan dengan budaya lokal tanpa kehilangan esensi keagamaannya.

Menyambut Tantangan Masa Depan

Kini, generasi baru peneliti tafsir di Indonesia dihadapkan pada tantangan baru: bagaimana menghadirkan tafsir yang relevan di era digital. Pendekatan interdisipliner, pemanfaatan teknologi, dan penyebaran ilmu melalui platform digital adalah beberapa strategi yang dapat diambil untuk melanjutkan tradisi ini.

Dengan mengedepankan inovasi dan kolaborasi, tafsir Nusantara memiliki peluang besar untuk terus berkontribusi, tidak hanya di Indonesia tetapi juga di dunia internasional. Karya-karya tokoh seperti T.M. Hasbi Ash-Shiddieqy, Buya Hamka, dan Quraish Shihab menjadi bukti bahwa tafsir dapat menjadi jembatan antara teks suci dan realitas umat.

Bahan Bacaan:

[1] http://ejournal.stiqwalisongo.ac.id/index.php/albayan/article/view/101

[2] https://uinsgd.ac.id/yuk-kenali-5-tokoh-tafsir-di-dunia-islam-asal-indonesia-coba-tebak-ada-siapa-aja/

[3] https://journals.ums.ac.id/suhuf/article/view/12643

[4] https://jurnalsuhuf.kemenag.go.id/suhuf/article/view/618

[5] https://media.neliti.com/media/publications/266128-tafsir-al-quran-di-indonesia-sejarah-dan-a98ffc76.pdf

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun