Mohon tunggu...
Budianto Supar
Budianto Supar Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Pekerja tambang yang ingin menampilkan dunia tambang dari perspektif yang positif. Berusaha berpikir objektif dalam pengaruh pemikiran yang subjektif.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Teknologi Kampungan dan Emas Hijau

11 Februari 2016   06:56 Diperbarui: 11 Februari 2016   07:38 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat ini, konsumen dan pihak-pihak yang berkepentingan dengan produk tambang tidak hanya melihat produk tambang hanya sebatas komoditas saja, tetapi mereka sudah mulai melihat bagaimana produk tambang itu dihasilkan. Apakah proses produksi tambang dilakukan dengan memperhatikan keselamatan kerja, tanggung jawab sosial maupun pengelolaan lingkungan? Ataukah justru proses produksi tambang dilakukan dengan mengorbankan masyarakat dan lingkungan sekitar? Dengan kalimat lain: apakah produk tambang dihasilkan dari proses penambangan yang baik? Wah, ternyata suatu produk tambang bisa banyak bercerita.

Tentu kita tidak ingin memiliki sesuatu yang dihasilkan dari proses yang tidak benar dan tidak masuiawi. Proses yang dilakukan dengan mengorbankan hal-hal yang seharusnya dijaga. Bagi yang pernah menyaksikan, kisah dalam film “Blood Diamond” mungkin cukup menjadi analogi. Bagaimana sebutir berlian dihasilkan dengan mengorbankan bukan hanya lingkungan hidup tetapi nyawa manusia. Bagaimana sebutir berlian yang diambil meninggalkan penderitaan berkepanjangan bagi orang-orang di sekitarnya. Bagaimana berlian yang seharusnya dikagumi karena keindahannya justru menjadi pengingat memori  berdarah di bumi Afrika. Berlian yang indah menjadi berlian berdarah.

Beberapa waktu terakhir, mulai dikenal istilah “produk hijau”. Hijau di sini tentu tidak merujuk pada warna hijau secara harfiah. Tetapi kata hijau di sini lebih untuk menggambarkan suatu produk yang berwawasan lingkungan, baik material produk itu sendiri maupun proses produksinya.

Untuk sebuah perusahaan tambang, tak ada salahnya memakai istilah “emas hijau” untuk mewakili produk yang dihasilkannya, mengingat emas adalah suatu bahan yang dikenal luas dari masa ke masa dan memiliki nilai estetika, meskipun sebenarnya hasil tambang bukan hanya emas tetapi tembaga, timah atau mineral lainnya. Emas hijau bisa diartikan sebagai emas yang dihasilkan dengan proses yang memperhatikan kelangsungan lingkungan hidup, bukan hanya sekedar memenuhi kewajiban perusahaan terhadap negara tetapi melampaui standar sehingga bisa menjadi bench marking bagi perusahaan tambang dalam hal pengelolaan lingkungan dan memenuhi tanggung jawab terhadap generasi yang akan datang.

Maka, dengan terjaganya nama baik perusahaan melalui usaha-usaha yang melebihi standar minimal yang ditetapkan, keuntungan jangka panjang akan diraih. Eksistensi perusahaan sebagai perusahaan yang menerapkan proses produksi ramah lingkungan akan lebih diakui sehingga pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan akan lebih mudah menerima keberadaan perusahaan.

Selain keuntungan bagi perusahaan, tentu ada kebanggaan bagi karyawan yang bekerja di dalamnya. Akan menjadi beban moral tersendiri ketika seseorang bekerja di sebuah perusahaan tambang yang hanya mementingkan keuntungan finansial dengan mengorbankan pengelolaan lingkungan. Berbeda halnya dengan seseorang yang bekerja di perusahaan yang menempatkan aspek pengelolaan lingkungan sebagai sesuatu yang ada dalam fokus mereka. Ketika banyak pihak di luar tambang yang menyudutkan posisi perusahaan tambang sebagai golongan yang merusak lingkungan, dengan kepala tegak mereka bisa berkata dengan percaya diri: “Tidak. Kami berproduksi dengan bertanggung jawab.” Dan memang seperti itulah seharusnya.

Tentu bukan hal mudah bersaing dalam pasar yang sama dengan mereka yang berproduksi dengan biaya reklamasi dan pengelolaan lingkungan yang diberi ruang untuk ditekan. Dengan harga jual dan biaya produksi yang tidak memberi margin lebih bagi perusahaan berwawasan lingkungan, tentu ada harga tersendiri yang harus dibayarkan. Apalagi berbicara mengenai keuntungan langsung, bukan di sini tempatnya. Hanya komitmen perusahaan, baik manajemen maupun karyawan, yang mampu terus menjaga praktek penambangan yang baik dengan memperhatikan aspek pengelolaan lingkungan. Tak lupa juga komitmen dari pemerintah untuk melakukan pengawasan dan pembinaan menjadi hal wajib. Dengan komitmen bersama yang terus terjaga, keberadaan perusahaan tambang yang ‘hijau’ bukan hanya menjadi khayalan di negeri dongeng yang diceritakan ibu pada anaknya menjelang tidur.

Jika akhirnya sepotong emas bertransformasi menjadi perhiasan, semakin ‘hijau’ warna emas, semakin indah dipakai dan semakin indah untuk dikenang. Karena sebuah produk tidak hanya fungsional; ia bisa bercerita.

Terlepas dari semuanya, tentu tidak ada yang sempurna. Masih banyak hal yang bisa dilakukan untuk terus berusaha menggapai mimpi melepaskan dunia tambang dari stigma negatif.

Dan suatu saat semoga saya bisa berkata:

“Tambang. Biarpun kampungan, aku bangga menjadi bagian darimu.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun