Mohon tunggu...
BUDIAMIN
BUDIAMIN Mohon Tunggu... Seniman - K5 ArtProject

Hanya debu yang diterbangkan angin

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kobar dan Ilusi Cahaya yang Bikin Bingung

24 Oktober 2024   14:46 Diperbarui: 24 Oktober 2024   14:52 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kobar mulai merasa tersudut. "Orang-orang itu tidak perlu digambar secara detail. Mereka ada di dalam imajinasi! Lihat, di sini, mereka sebenarnya sedang berjalan-jalan, menikmati sore hari."

Kahar menelusuri lukisan itu dengan pandangan bingung. "Maksudmu, gumpalan warna merah di sini itu... orang? Dan yang hijau itu... apa? Anjing peliharaan?"

"Bukan anjing, Kahar," Kobar menghela napas. "Itu semak-semak. Kamu terlalu terpaku pada detail! Coba nikmati suasananya!"

Rijal mulai ikut tersenyum lebar. "Kobar, aku tahu impresionisme itu soal menangkap momen singkat dalam cahaya. Tapi bukankah setidaknya kita butuh sedikit petunjuk soal apa yang sedang terjadi? Ini sih bukan impresionisme, ini mungkin lebih cocok disebut 'lukisan ilusi optik'."

Kobar mengangkat tangannya, bersiap untuk memberikan penjelasan ilmiah. "Kalian tahu nggak, impresionisme adalah tentang menangkap efek cahaya. Claude Monet pernah bilang---"

"Tunggu-tunggu," sela Badu dengan cepat, "kalau Monet yang melukis ini, mungkin dia lagi pakai kacamata hitam."

Semua tertawa keras, kecuali Kobar, yang mulai frustasi. "Kalian semua ini tidak menghargai seni yang mencoba keluar dari batas-batas tradisional. Ini bukan tentang tampilan yang jelas, ini tentang menangkap perasaan yang cepat dan sementara. Lihatlah! Aku bahkan bisa merasakan angin yang berhembus di lukisan ini."

Kahar memiringkan kepalanya. "Angin? Aku malah lebih merasa seperti ada badai besar yang datang."

Badu menepuk pundak Kobar dengan ramah. "Santai, Kobar. Mungkin kamu hanya terlalu cepat bergerak. Maksudku, kamu melukis impresionis seperti orang sedang mengejar kereta terakhir. Apa nggak ada yang namanya menikmati momen?"

Kobar mulai kehilangan kesabaran. "Impresionisme itu memang harus cepat! Ini bukan tentang presisi, ini soal spontanitas! Ini soal... perasaan di momen itu!"

Rijal, yang berusaha lebih konstruktif, berkata, "Aku paham, Kobar. Kamu ingin menangkap momen singkat itu. Tapi mungkin kamu bisa memberikan sedikit penjelasan dalam bentuk visual juga. Biar penonton nggak merasa tersesat di antara gumpalan warna."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun