Kahar tidak bisa menahan tawa. "Semoga tidak sampai ke titik di mana kita harus merayakan kehilangan dompet."
Mereka pun segera membantu pengunjung itu mencari dompetnya. Dalam proses pencarian, mereka merasakan kebersamaan yang kuat. Sambil tertawa dan bercanda, mereka menyadari bahwa situasi sulit itu malah mempererat ikatan mereka.
Setelah beberapa lama mencari, akhirnya dompet itu ditemukan di balik kursi. Pengunjung itu sangat bersyukur. "Terima kasih banyak! Kalian benar-benar baik hati!"
Kobar menimpali, "Inilah kebaikan dalam keburukan, kan? Tanpa situasi ini, kami mungkin tidak akan punya pengalaman menyenangkan bersama."
Rijal menambahkan, "Dan kita bisa membantu orang lain, itu lebih berharga."
Ketika pengunjung itu pergi, mereka kembali ke obrolan mereka. Kahar, yang mulai mengubah pandangannya, mengangguk. "Mungkin ada kebenaran dalam kata-kata kalian. Mungkin ada kebaikan yang tersembunyi di balik setiap keburukan."
Badu melanjutkan, "Dan terkadang, yang kita butuhkan hanyalah cara pandang yang berbeda untuk menemukan makna. Kebaikan dalam keburukan itu nyata!"
Dengan tawa dan canda, mereka melanjutkan perbincangan di warung Bu Tini. Kobar, Kahar, Badu, dan Rijal menyadari bahwa hidup ini memang penuh dengan liku-liku, tetapi jika mereka bersatu, mereka akan selalu menemukan kebaikan, bahkan di tempat yang paling tidak terduga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H