Mohon tunggu...
BUDIAMIN
BUDIAMIN Mohon Tunggu... Seniman - K5 ArtProject

Hanya debu yang diterbangkan angin

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kebaikan dalam Keburukan

17 Oktober 2024   03:13 Diperbarui: 17 Oktober 2024   08:12 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kahar tidak bisa menahan tawa. "Semoga tidak sampai ke titik di mana kita harus merayakan kehilangan dompet."

Mereka pun segera membantu pengunjung itu mencari dompetnya. Dalam proses pencarian, mereka merasakan kebersamaan yang kuat. Sambil tertawa dan bercanda, mereka menyadari bahwa situasi sulit itu malah mempererat ikatan mereka.

Setelah beberapa lama mencari, akhirnya dompet itu ditemukan di balik kursi. Pengunjung itu sangat bersyukur. "Terima kasih banyak! Kalian benar-benar baik hati!"

Kobar menimpali, "Inilah kebaikan dalam keburukan, kan? Tanpa situasi ini, kami mungkin tidak akan punya pengalaman menyenangkan bersama."

Rijal menambahkan, "Dan kita bisa membantu orang lain, itu lebih berharga."

Ketika pengunjung itu pergi, mereka kembali ke obrolan mereka. Kahar, yang mulai mengubah pandangannya, mengangguk. "Mungkin ada kebenaran dalam kata-kata kalian. Mungkin ada kebaikan yang tersembunyi di balik setiap keburukan."

Badu melanjutkan, "Dan terkadang, yang kita butuhkan hanyalah cara pandang yang berbeda untuk menemukan makna. Kebaikan dalam keburukan itu nyata!"

Dengan tawa dan canda, mereka melanjutkan perbincangan di warung Bu Tini. Kobar, Kahar, Badu, dan Rijal menyadari bahwa hidup ini memang penuh dengan liku-liku, tetapi jika mereka bersatu, mereka akan selalu menemukan kebaikan, bahkan di tempat yang paling tidak terduga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun