Kobar menambahkan, "Bisa jadi hama itu malah mengajari kita untuk lebih peka terhadap alam. Kita mulai mencari cara organik untuk melindungi tanaman kita."
Badu melanjutkan, "Dan kita menjadi lebih kreatif! Dulu kita hanya menanam padi, sekarang kita mencoba menanam sayuran dan buah-buahan! Mungkin hama itu berfungsi sebagai jembatan untuk hal-hal baik."
Kahar terlihat bingung. "Jadi kita berterima kasih pada hama sekarang? Itu aneh, Kobar!"
Kobar tersenyum. "Tapi itu kebenaran! Kadang, situasi yang tampaknya buruk dapat membuka pintu untuk hal-hal baik yang tidak kita duga."
Rijal berkata, "Bisa jadi, kita harus memandang keburukan sebagai tantangan. Saat kita menghadapinya, kita tumbuh lebih kuat. Itu adalah kebaikan dalam keburukan."
Badu mulai beraksi. "Jadi, ketika kita menghadapi masalah, kita harus menyambutnya dengan tawa, ya? Seperti saat kita semua terjebak di ladang dan tidak bisa pulang karena mobil mogok! Kan kita ketawa sampai perut sakit!"
Kahar tersenyum meski masih skeptis. "Iya, iya. Tetapi apakah kita bisa terus-menerus menemukan kebaikan dalam keburukan?"
"Kenapa tidak?" Kobar menjawab. "Setiap kali kita jatuh, kita bangkit lagi, bukan? Itu yang membuat kita lebih berharga."
Tiba-tiba, seorang pengunjung baru datang ke warung, terlihat gelisah. "Maaf, apakah kalian bisa membantu saya? Saya kehilangan dompet dan tidak bisa pulang!"
Kobar langsung menjawab, "Tenang! Kami akan membantu! Ini bisa jadi kesempatan untuk berbuat baik, kan?"
Badu menggodanya. "Iya, bisa jadi ini adalah ujian bagi kita untuk menemukan kebaikan di dalam keburukan!"