Kau duduk di kursi itu,Â
berbalut jas mahalÂ
dan janji-janji lamaÂ
yang masih hangat dari panggangan kampanye.Â
Matamu memandang jauh,Â
bukan ke arah kamiÂ
tapi ke layar-layar kosongÂ
yang menunggu tangkapan layar baru.
Di dalam gedung megah,Â
suara kami lenyapÂ
di antara palu sidang dan tepuk tangan palsu.Â
Kau bicara tentang kebebasanÂ
seperti puisi yang kehilangan rima,Â
semua kata melayangÂ
tanpa tempat mendarat.
Kami ada di luar jendela,Â
dalam hujan yang tak hentiÂ
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!