Warung Legok ke arah selatan merupakan kebun singkong yang luas, saripati umbinya mengisi pabrik-pabrik tapioka di Bogor. Dalam perkembangan berikutnya, kebun-kebun singkong dialihfungsikan sebagai perumahan.
Empat puluh empat tahun yang lalu saya mengenal Kota Hujan. Keluarga berpindah dari Kota Malang ke Kota Bogor tahun 1980, berhubung bapak mutasi tugas di satu Lembaga Penelitian di Jalan Cimanggu.
Saya meninggalkan kelas satu SMAN I Tugu, Kota Malang, dan memasuki kelas dua di SMAN II Kota Bogor. Anak pindahan. Masih lugu. Belum banyak mengenali karakter teman-teman baru.
Berangkat ke gedung sekolah di Jalan Mantarena berjalan kaki dari rumah di Jalan Cimanggu Kecil, satu simpangan dari Jalan Raya Cimanggu. Pepohonan, kesejukan, dan suasana damai tidak bising menaungi perjalanan ke sekolah.
Tidak sendiri. Berangkat dan pulang berjalan bersama tiga atau empat teman satu lingkungan. Di perjalanan, bergabung teman-teman dari gang dan simpangan.
Awal-awal, saya satu dua kali naik delman. Enak. Manggut-manggut sambil menikmati pemandangan, sesekali menyeru kepada teman-teman yang sedang berjalan.
Naik kereta berkuda sampai pabrik gas menghabiskan dua pertiga perjalanan. Sisanya, berjalan kaki sampai sekolah. Lumayan, tidak terlalu capek. Agak lebih cepat datang.
Ada cukup waktu bercakap-cakap dengan teman sekolah. Seperti biasa, mereka banyak tanya kepada siswa pindahan, tentang tempat tinggal hingga cara tiba di sekolah.
Mengetahui bahwa saya tinggal di Cimanggu, juga cara menuju sekolah, mereka terkekeh-kekeh.
"Tinggal di Chicago? Naik delman?"
Saya tidak mengerti, mengapa muncul nada mencemooh.