Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Best in Citizen Journalism dan People Choice Kompasiana Awards 2024, yang teteup bikin tulisan ringan-ringan. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mulut-Mulut yang Dilakban

14 Januari 2025   06:10 Diperbarui: 14 Januari 2025   06:10 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mulut-mulut yang Dilakban (Gambar oleh Pexels dari Pixabay)

Paling tidak, malam hari penduduk negara pulau bisa tidur dengan gelisah menahan lapar. Sebagian mencurahkan hati kepada mesin kecerdasan buatan (AI) atas pelakbanan mulut-mulut.

Pada keesokan hari, cuaca cerah. Tak berawan. Angin sepoi-sepoi. Ombak menari-nari gemulai di tepi pantai. Laut tampak tenang, tapi, tapi ..., sebuah pemandangan menggetarkan membuat warga menganga. 

Mereka mendekati tepi laut demi melihat lebih jelas. Kurang lebih satu mil dari garis pantai tampak sebentuk pagar memanjang. Tidak terdeteksi berapa bujur jauhnya.

Beberapa orang menaiki perahu. Memeriksa lebih dekat. Ternyata pagar terdiri dari bilah-bilah bambu yang ditancapkan ke dasar. Kemudian mereka menyadari, betapa panjang pagar bambu serupa jembatan sempit itu. Kira-kira puluhan kilometer.

Misterius! Padahal rasanya kemarin belum ada, sekarang ada pagar. Butuh tenaga dan biaya luar biasa besar untuk membangun bangunan seperti itu dalam waktu semalam.

Bandung Bondowoso? Jangan terlalu berpikir terlalu jauh! Ia hanya ada di dalam cerita legenda yang bukan kenyataan sejarah.

Keberadaan pagar laut menjadi teka-teki baru, setelah misteri mulut-mulut dilakban.

Lantas, siapa yang menancapkan bambu-bambu ke dasar laut? Atau, siapa yang demikian kaya dan berkuasa telah menyuruh membuat pagar itu?

Jangan bertanya ke rakyat, aparat, pejabat, hingga presiden dari Negara Pulau yang bungkam karena mulut-mulut mereka dilakban. Tanyalah kepada ... anu. Ya, anu!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun