Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Best in Citizen Journalism dan People Choice Kompasiana Awards 2024, yang teteup bikin tulisan ringan-ringan. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mulut-Mulut yang Dilakban

14 Januari 2025   06:10 Diperbarui: 14 Januari 2025   06:10 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mulut-mulut yang Dilakban (Gambar oleh Pexels dari Pixabay)

"Mmm ... mmmm ...!" Seseorang mengeluarkan suara yang terdengar bagaikan sedang mengunyah permen karet.

Lawannya menarik urat leher. Tetap saja yang terdengar hanya gumaman tak jelas, "Mmm ... mmmmm ...!!!"

Seorang anak muda mengambil kertas, lalu membuat huruf dengan spidol: PAK ERTE.

"Mmm ... mmm ... mmm," jawab warga. Artinya, ya ... ya ... ya.

Ke rumah Pak Erte mereka menjumpai hal sama. Mulut sekeluarga dilakban. Demikian pula ketika ke tempat tinggal Pak Erwe, juga Lurah beserta pegawainya, dan seterusnya. Mulut-mulut yang dilakban.

Siang hari merebak kabar bahwa semua mulut warga Negara Pulau telah dilakban tanpa terkecuali. Rakyat jelata, perangkat desa, aparat, pegawai pemerintah dan swasta, bupati, walikota, gubernur, dirjen, menteri, hingga presiden tak bisa bicara.

Ya itu, karena pada mulut semua orang dilakban. Perekat lebar yang tidak bisa dicopot dengan tenaga maupun bahan kimia.

Mereka riuh "ber-mmm" menggunakan bahasa isyarat, kebingungan menghadapi serangan misterius itu. Warga lainnya menggunakan kertas, aplikasi media sosial sebagai alat komunikasi, berupaya mencari tahu penyebab dan pelaku pelakbanan.

Namun, misteri mulut-mulut dilakban tetap tidak terungkap. Kasus ini jadi perbincangan hangat dan kian hangat di jagat maya, sampai-sampai mereka saling merundung satu sama lain saking putus asanya.

Makanan dan minuman tidak bisa masuk. Terpaksa mereka menginfus tubuh untuk asupan energi.

Seperti biasa, harga cairan infus itu melangit. Pedagang besar menangguk untung besar. Praktik lumrah di Negara Pulau, selalu ada pihak nirempati mengambil kesempatan dalam kesempitan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun