Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Best in Citizen Journalism dan People Choice Kompasiana Awards 2024, yang teteup bikin tulisan ringan-ringan. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jengkel Hadapi Permintaan Uang dari Ormas? Begini Solusinya

29 Desember 2024   06:08 Diperbarui: 29 Desember 2024   06:08 23487
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Surat viral alokasi anggaran malam tahun baru ormas Kota Bekasi.( Tangkapan layar Instagram @presiden_netizen-_official, diunduh dari kompas.com

Viral! Beredar di media sosial, unggahan foto anggaran perayaan malam tahun baru sebuah ormas Kota Bekasi. Usai ramai dibincangkan, Ketua Pimpinan Anak Cabang ormas Bekasi Selatan sebagai pembuat surat itu memberikan klarifikasi, lalu meminta maaf kepada masyarakat.

Berita selengkapnya dapat dibaca di sini dan sini.

Diduga, rencana anggaran dan biaya tersebut dipergunakan untuk meminta uang kepada masyarakat, kendati pihak kepolisian setempat belum menerima laporan terkait surat terlanjur viral tersebut.

Pengedaran proposal anggaran oleh ormas (organisasi masyarakat) untuk meminta uang kepada masyarakat bukanlah praktik baru. Pungli yang sudah berlangsung sejak lama, tetapi tidak ada yang mampu menumpasnya. Buktinya, praktik serupa masih terberitakan hingga kini.

SEKITAR TAHUN 2000-an. Mengelola kafe besar adalah menghadapi tumpukan proposal di meja kerja, pada setiap jelang lebaran atau tahun baru. Kebanyakan dari kelompok yang mengaku ormas. 

Sisanya ..., sudahlah! Tak perlu disebut dari mana. Ntar disangka mendiskreditkan pihak tertentu.

Proposal alokasi anggaran dari kelompok yang mengaku ormas diajukan untuk kegiatan tertentu. Dengan kata lain, minta dukungan dana untuk acara tersebut ke pengelola kafe. Pungli yang dikemas dengan surat.

Serba salah menghadapinya. Menjengkelkan.

Menolak dengan cara paling halus sekalipun, maka nada ancaman dari yang lembut hingga keras akan terlontar dari muka-muka tidak bersahabat.

Memenuhinya.? Tidak ada bujet cukup untuk semua proposal. Bisa-bisa keuangan perusahaan berdarah-darah jika melayani segenap permintaan.

Beralih ke model bisnis lain, dari usaha kuliner ke pengadaan barang dan jasa pemerintah, adalah ibarat lepas dari mulut harimau masuk ke mulut buaya. 

Menjadi rekanan Pemda dan mendapatkan proyek adalah menghadapi tekanan permintaan dana dari kelompok yang mengaku ormas.

"Tekanan" berarti desakan kuat dan tidak menyenangkan dari pihak-pihak, yang datang ke lokasi proyek secara bergerombol, berkostum loreng bukan tentara, dan betutur dengan nada mengintimidasi. Beraninya cuma keroyokan.

Memberi keterangan kepada mereka bahwa itu proyek pemerintah untuk pembangunan satu daerah? Saya percaya, benak mereka tidak bakal muat menampung penjelasan tersebut.

Melawan? Bisa-bisa saya jadi remahan rengginang.

Lapor aparat berwenang? Bakal berabe, lapor ilang kambing bisa-bisa ilang sapi!

Aparat setempat pun berlagak bagaikan tentara federal Amerika di zaman Wild Wild West. Datang berkuda diiringi terompet, setelah berakhirnya pertempuran berdarah antara perompak dengan penjelajah malang.

Harus dihadapi sendiri! Permintaan dana melalui proposal kegiatan dan gertakan halus hingga kasar, dari kelompok yang mengaku ormas harus dihadapi sendiri. Secara hati-hati, agar tidak memantik kerusuhan.

Sebisa mungkin saya meyakinkan mereka bahwa proyek tidak memiliki anggaran khusus untuk pungli. Maka, dana disediakan menurut ketentuan perusahaan, bukan atas dasar permintaan ormas.

Mereka bisa terima, tetapi ada juga yang berkeras hati menghendaki jumlah sesuai kemauan mereka.

Di sini saya tidak boleh sedikit pun kalah gertak. Harus lebih keras, kalau perlu menunjukkan sikap bahwa saya siap "berperang". Secara psikologis, itu akan menggetarkan mereka. Sebaliknya, bisa benjol bila salah set... hehehe.

Jadi menghadapi tekanan pungli dari kelompok yang mengaku ormas, saya mesti mahir bersilat lidah. Tidak boleh kalah gertak. Toh, mereka juga manusia biasa yang punya rasa takut. Bukan Superman.

Solusi lain dan saya kira jauh lebih penting adalah, meniadakan praktik pungli dari kelompok yang mengaku ormas, dengan cara:

  • Aparat berwenang lebih tegas secara kontinyu menindak praktik pungli semacam itu. Bukan bertindak setelah viral.
  • Ormas agar tidak melakukan pungli. Sebaiknya, belajar mencari dana melalui jalur sah dan tanpa menakut-nakuti warga.
  • Otoritas mengevaluasi ormas yang meresahkan dan yang tidak.
  • Mendukung ormas yang berperan positif di masyarakat.
  • Jika ada, hilangkan beking-bekingan yang melindungi kelompok tukang pungli mengaku ormas.
  • Membina, bila perlu membinasakan, tukang palak yang berkedok ormas.
  • Pihak ormas turut berperan dalam menciptakan lingkungan usaha kondusif, aman, dan damai.

Mudah-mudahan solusi di atas dapat dijalankan. Terbersit harapan, tercipta suasana tenteram, aman, dan damai di masyarakat.

Tidak ada lagi praktik pungli, gertak menggertak, dan ancam mengancam yang dilakukan oleh kelompok yang mengaku ormas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun