Menjadi rekanan Pemda dan mendapatkan proyek adalah menghadapi tekanan permintaan dana dari kelompok yang mengaku ormas.
"Tekanan" berarti desakan kuat dan tidak menyenangkan dari pihak-pihak, yang datang ke lokasi proyek secara bergerombol, berkostum loreng bukan tentara, dan betutur dengan nada mengintimidasi. Beraninya cuma keroyokan.
Memberi keterangan kepada mereka bahwa itu proyek pemerintah untuk pembangunan satu daerah? Saya percaya, benak mereka tidak bakal muat menampung penjelasan tersebut.
Melawan? Bisa-bisa saya jadi remahan rengginang.
Lapor aparat berwenang? Bakal berabe, lapor ilang kambing bisa-bisa ilang sapi!
Aparat setempat pun berlagak bagaikan tentara federal Amerika di zaman Wild Wild West. Datang berkuda diiringi terompet, setelah berakhirnya pertempuran berdarah antara perompak dengan penjelajah malang.
Harus dihadapi sendiri! Permintaan dana melalui proposal kegiatan dan gertakan halus hingga kasar, dari kelompok yang mengaku ormas harus dihadapi sendiri. Secara hati-hati, agar tidak memantik kerusuhan.
Sebisa mungkin saya meyakinkan mereka bahwa proyek tidak memiliki anggaran khusus untuk pungli. Maka, dana disediakan menurut ketentuan perusahaan, bukan atas dasar permintaan ormas.
Mereka bisa terima, tetapi ada juga yang berkeras hati menghendaki jumlah sesuai kemauan mereka.
Di sini saya tidak boleh sedikit pun kalah gertak. Harus lebih keras, kalau perlu menunjukkan sikap bahwa saya siap "berperang". Secara psikologis, itu akan menggetarkan mereka. Sebaliknya, bisa benjol bila salah set... hehehe.
Jadi menghadapi tekanan pungli dari kelompok yang mengaku ormas, saya mesti mahir bersilat lidah. Tidak boleh kalah gertak. Toh, mereka juga manusia biasa yang punya rasa takut. Bukan Superman.