Ia tak berdaya, sebab takada cukup ruang untuk menghindar dari serangan tombak bertubi-tubi.
Menggeram pasrah adalah pertahanan terakhir. Cucuran banyak darah di kepala melemahkan. Raungannya kian lemah.
"Angkat ...!!!"
Tubuhnya melayang. Tali temali yang dijalin sedemikian rupa hingga membentuk jaring perangkap mengerek tubuh rapuh.
Tubuhnya luka parah, tapi hatinya lebih luka mengingat anak-anaknya yang lapar menunggu dibawakan daging hasil buruan.
Tidak ada seorangpun tahu, dan tidak bakal pernah ada yang mengetahuinya, air mata menetes mengaliri luka.
"Beset kulitnya. Hati-hati! Di pasaran harganya mahal."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H