Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Best in Citizen Journalism dan People Choice Kompasiana Awards 2024, yang teteup bikin tulisan ringan-ringan. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Hutan Lebat dan Pemburu Soliter

17 Desember 2024   06:08 Diperbarui: 17 Desember 2024   06:08 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hutan lebat tempat pemburu soliter (Gambar dibuat oleh Meta AI)

HUTAN LEBAT. Pemburu soliter perlahan merendahkan tubuh. Merunduk. Mengendap tanpa menggesek belukar dan ilalang. Mata tajamnya menatap buruan di jarak dua puluh meter.

Tujuh belas ..., lima belas ..., dua belas meter lebih dekat. Kurang dari tujuh meter ia menarik napas. Mengambil ancang-ancang. Mengentakkan kaki.

"Krosaaak ..., bruuuk ...!!!

Baca juga: Wabah Mata Nyalang

Secara tidak disangka-sangka dan tanpa memperhitungkannya, karena memang berada di luar jangkauan pengetahuannya, mendadak ia terperosok ke lubang berdinding tanah setinggi dua meter.

***

Pada kala itu, di pekatnya malam tanpa sinar rembulan pun bintang, pemburu soliter sedang menjelajah hutan yang tumbuhannya makin berkurang. Hewan buruan pun berangsur menghilang.

Meskipun demikian, mau tidak mau ia harus berburu, di derah hutan lebat dataran rendah --di mana terdapat rawa-rawa dangkal dengan endapan tanah basah, lunak, berlumut, dan penuh dedaunan membusuk. Atau, menjelajahahi hutan hujan di pegunungan.

Badannya tersamar ketika menyelinap di semak dan alang-alang. Seluruh tubuhnya tertutup loreng dengan garis-garis hitam tegak saat mengendap.

Ia mengejar hewan buruan secara selektif. Untuk makan belaka, bagi diri dan anak-anaknya. Tidak asal tangkap. Tidak serakah dengan berburu lebih banyak demi tujuan keuntungan belaka.

Sendiri dalam melakukan perburuan. Pemburu yang soliter. Pemburu yang tidak berkelompok.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun