Kesadaran penuh membuatnya terduduk, "Bagaimana ...?" Lalu meratap, "Di mana Ardi? Asti? Di mana istriku ...?"
Tanpa ada yang sempat menahannya, Rukma menghambur. Keluar dari tenda. Aman. Ia berada di lapangan lebih tinggi dari rumah, jalan, warung, dan bangunan lainnya yang kini serupa lumpur bercampur potongan kayu dan batu. Sebagian saja masih tampak kokoh, meski dalamnya rapuh.
Ia melihat lembah yang porak poranda dan basah. Sejumlah orang mengaduk hati-hati timbunan. Alat berat nangkring, lengannya tampak lelah.
Melupakan rasa sakit pada kaki, Rukma berlari menghampiri, lalu turut mengais-ngais sambil menangis. Dadanya serasa hendak meledak. Mencakar, menggaruk, mengorek apa pun demi menemukan mereka. Cintanya.
Dengan hati-hati ia menarik sesuatu dari onggokan tanah sangat basah dan puing-puing. Membersihkannya dengan ujung kaus yang belum terkotori. Tidak terlalu kotor.
Sugguhpun sebagian masih berlelehan lumpur, padanya samar-samar terbaca tulisan: Buku Pelajaran IPA untuk SD Kelas 4.
Sebuah raungan pecah, "Ardiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii ...!!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H