Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Best in Citizen Jounalism dan People Choice Kompasiana Awards 2024, yang teteup bikin tulisan ringan-ringan. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Buku Pelajaran IPA untuk SD Kelas 4

5 Desember 2024   07:08 Diperbarui: 5 Desember 2024   07:48 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

LANGIT LEBAM. Angkasa biru ternoda jingga berangsur-angsur memerah tua. Matahari menyerah lalu tersudut. Meringkuk. Menutup wajah dari terjangan kawanan awan hitam. Udara lembab. Kelam.

Suhu udara menukik. Awan hitam bergulung-gulung. Titik-titik air berjatuhan semakin kerap. Kian lebat. Angin berpusar. Gelegar bersahutan. Kelebatan-kelebatan cahaya menghunjam bumi menyambar pucuk pinus hingga patah.

Dalam bilik bercahaya hangat, dua mata memandang saksama sebuah buku pelajaran. Sesekali tangannya menulis pada lembaran di buku bersampul cokelat.

Anak laki-laki usia sembilan tahun itu sedang menyelesaikan pekerjaan rumah dari guru. Berusaha memahami tentang hutan, yaitu suatu daerah luas dengan beragam pohon besar yang tumbuh dengan sendirinya.

Sampai di sini Ardi bisa membayangkannya. Desanya berada di tempat di mana masih terdapat banyak pepohonan. Sedikit ke atas, dijumpai satu bagian dari perbukitan luas dengan beragam tanaman kayu berukuran besar, berdaun lebat, tumbuh rapat, dan saling berlomba menuju langit.

Ia mengetahuinya persis. Namun, pernyataan bahwa hutan dapat mencegah luapan air meluncur terlampau deras, juga menahan longsor, membuat keningnya berkerut. Anak kelas 4 SD itu ingin mencari tahu. 

Terlihat ibunya sedang menenangkan Asti, adiknya

"Bapaaak ...!"

"Bentaaaar ...," sahutan nyaring Rukma mengalahkan bunyi hujan menimpa genting, pekarangan, dan apa saja yang terbuka di bawah langit.

Hujan deras, yang kian lebat disertai angin, telah meloloskan sebagian air melewati celah-celah penutup atap, di mana sekumpulannya menggenangi langit-langit rumah, merembes, lalu membentuk titisan-titisan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun