Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Best in Citizen Jounalism dan People Choice Kompasiana Awards 2024, yang teteup bikin tulisan ringan-ringan. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kena Tipu Daya Buaya

12 November 2024   07:15 Diperbarui: 12 November 2024   07:18 421
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"O, tenang. Tenang saja. Setelah aku menyantap makanan lezat, barulah aku membuat api, membumbui ayam, dan memanggangnya di atas bara," kata buaya yang meneteskan liur dari moncongnya.

Buaya bergerak menghampiri Endra. Membuka lebar moncong dan meliukkan ekor hendak menghantam anak kelas tiga SD itu.

Endra terperanjat menghadapi bahaya mencancam. Ia berkelit. Terjatuh sebentar, lalu bangkit dan mulai berlari. Namun, dengan kecepatan tak terduga buaya mengejar dan menaklukannya.

"Tolong! Tolong! Tolong!" Teriakan demi teriakan menggema.

Endra berontak sekuatnya, tetapi apa daya tenaga buaya jauh lebih kuat. Meronta-ronta tanpa kuasa, sebuah bayangan melintas berusaha meraih tangan-tangan kecil tak berdaya.  

"Ah, rupanya kamu di sini. Terhalang semak-semak hingga tak mudah ditemukan," sayup-sayup terdengar suara.

Endra sangat mengenal suara lembut itu. Ia menyapu lelehen di ujung bibir yang mengering dengan ujung lengan seragam, lalu mengucek-ucek mata. Belum semua nyawanya berkumpul, sehingga ia belum bisa mencerna: mengapa ibunya, Bu Ayu, dan semua orang merubungnya?

Bu Ayu datang memeluk. Endra tiba-tiba merasa sangat sayang kepada guru kelasnya. Ibu Endra tersenyum bahagia. Teman-teman sekolah dan tetangga yang mengiringi bersorak gembira.

Semburat jingga yang sebentar lagi sirna dari cakrawala mengiringi kepulangan Endra dan sekumpulan orang.

***

Biodata: 
Tukang tulis amatiran --bukan cerpenis. Biasa menggores gagasan di bawah pohon, ditemani kopi tanpa gula dalam gelas plastik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun