Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Best in Citizen Jounalism dan People Choice Kompasiana Awards 2024, yang teteup bikin tulisan ringan-ringan. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kena Tipu Daya Buaya

12 November 2024   07:15 Diperbarui: 12 November 2024   07:18 387
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto diri (dokumen pribadi)

Semalaman langit menurunkan hujan. Entah jam berapa berhenti. Selusup angin melalui kisi-kisi membuat seorang pria kecil menarik kain penutup tubuh.

"Asholatu khairum minan naum," seruan berkumandang. Endra menutup kuping dengan ujung selimut. 

Pagi yang terlalu cepat datang menyadarkannya dari lelap. Namun, mata masih terbebani kelopak yang enggan memandang angka pada lonceng terpasang di dinding. Udara dingin mengantarkan rasa malas kepada anak kelas tiga Sekolah Dasar itu.

Ditambah, ingatan tentang Bu Ayu membuatnya enggan bangkit dari tempat tidur, mandi dan mengambil air wudu, sarapan, dan berangkat sekolah. Dendam terlalu menumpuk, sehingga menumbuhkan kebencian pada guru kelasnya itu.

Ya! Pada hari ke dua dalam minggu ini Endra sangat malas bergerak ke sekolah, setelah kekesalan kepada sang guru memuncak pada Jumat pekan lalu. Berkali-kali Endra mendapatkan teguran dari Bu Ayu, meski ia tidak melakukan kesalahan berarti.

Bosan. Rasa bosan kerap menghinggapi Endra. Demi menghalau kebosanan, ia bercakap dengan teman di sebelahnya yang serius menyimak gerakan tangan Bu Ayu menggores kapur pada papan hitam.

Kesal karena tidak dihiraukan, Endra mulai melempar lipatan halaman yang tadi disobek dari buku tulis. Sesaat kapal terbang kertas melayang dan mendarat pada kepala Elok, yang kemudian berteriak.

Sontak Bu Ayu menoleh, "Elok! Bisa diam?"

"Itu Bu. Endra main lempar-lempar pesawat-pesawatan," Elok mengadu. Hampir menangis, melihat Endra menjulurkan ujung lidah sambil mengepakkan dua telapak tangan di belakang telinga.

"Benar demikian?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun