Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Best in Citizen Jounalism dan People Choice Kompasiana Awards 2024, yang teteup bikin tulisan ringan-ringan. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Cerita Pagi dari Taman Heulang: Sebuah Catatan

10 November 2024   08:08 Diperbarui: 10 November 2024   08:32 408
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penjual kopi seduh di sepeda motor (dokumen pribadi)

Lapak-lapak penjualan (dokumen pribadi)
Lapak-lapak penjualan (dokumen pribadi)

Sayang sekali, foto-foto yang ada tidak dapat mewakili keramaian tersebut. Lain kali.

Ngopi

Berhubung masih punya waktu lapang, terlebih dahulu saya ingin menikmati suasana keramaian. Sepeda motor pembawa kotak kayu berisi kopi rencengan, galon air mineral, dan termos air panas menjadi tujuan.

Kepada penjual saya memesan seduhan kopi tanpa gula. Dengan mahir ia menggunting saset Liong Bulan, menumpahkan isinya ke gelas plastik, dan menuangkan air panas dari termos. Aduk sebentar, lalu mengantarkannya ke saya yang duduk di bawah pohon.

Ngopi (dokumen pribadi)
Ngopi (dokumen pribadi)

Pemuda pedagang kopi yang gesit, kendati tangan dan kaki kiri tampak kecil dan kurus. Membuatnya berjalan satu kaki berjingkat, satu tangan selalu menekuk.

"Dari kecil, kena polio," katanya. Sama sekai tanpa menunjukkan wajah memelas. Biasa saja.

Saya kagum menyaksikan semangatnya. Mengantar pesanan ke sana ke mari, meski dengan jalannya timpang dengan membawa baki isi dua kopi dengan satu tangan yang normal.

Pedagang kopi yang kena polio sedang melayani pembeli (dokumen pribadi)
Pedagang kopi yang kena polio sedang melayani pembeli (dokumen pribadi)

Satu ketika saya kembali, berbincang lagi dengan pedagang kopi keliling yang ulet dan bersemangat itu.

Penguasa Wilayah

Saya ngopi di samping Gunawan. Muda, tegap, berkulit hitam terbakar matahari, dan mengenakan kalung bola-bola mengilap di lehernya. Sepertinya, pria Cilacap itu "orang lama" di wilayah itu, atau orang yang kerap nongkrong. Pedagang di sekitar mengenal dan akrab dengannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun