Lebam dan memar pada paha kiri dan kanan Budi jelas terlihat akibat benturan dengan benda tumpul. Jejak memerah diperkuat dengan pernyataan Budi bahwa anak kelas satu sekolah dasar itu telah mendapatkan pukulan dari gurunya.
Bu Utari menghantamkan gagang sapu ke paha, kata korban. Jerit tangis tidak lantas menghentikan kemarahan Guru Membaca yang seperti sudah dirasuki setan alas. Diduga, guru wanita itu mengalami masalah di rumah, lalu melampiaskan kekesalannya kepada anak didik.
Anak didik bernama Budi belum mampu memikirkan konsekuensi sehingga ia bercerita demikian, tanpa menimbang apa-apa ketika ditanya bapaknya tentang lebam di paha.
Sontak Bapaknya Budi yang merupakan petugas di kantor aparat penegak hukum, meski bukan bagian dari petugas yang menjemput Bu Utari, naik darah merasa harga dirinya ikut dihantam.
Bapaknya Budi terkenang masa-masa seumur Budi. Demikian bandelnya sehingga bapaknya Budi kerap menjadi sasaran lemparan penghapus papan tulis dari gurunya. Belum lagi penggaris kayu panjang satu meter yang menimpa punggung atau lengannya.
Waktu itu, Bapaknya Budi bagai musuh bersama bagi para guru, meski tidak sedramatis itu juga. Mereka kesal, tapi menganggap keaktifan berlebihan Bapaknya Budi sebagai kenakalan anak-anak seusianya.
Beberapa kali Bapaknya Budi mengadukan perbuatan guru kepada ayahnya yang seorang kopral aktif. Bukan pembelaan didapat, Bapaknya Budi yang masih kecil malahan dipukul lebih keras, dengan sabuk atau rotan pemukul kasur. Siksa lebih parah. Lebih menyakitkan.
Oleh karena pengalaman-pengalaman itu, Bapaknya Budi tak pernah lagi melaporkan kepada ayahnya peristiwa pemukulan oleh guru sekolah. Kapok.
Dalam keadaan ketika ayahnya sedang bertugas, Bapaknya Budi bercerita kepada sang ibu yang kemudian memberikan nasihat-nasihat agar anak itu memperbaiki perilaku.
Pelajaran dari ibunyalah yang membuat Bapaknya Budi memiliki jejak perilaku santun, kendati pengalaman traumatis akibat pukulan demi pukulan dari ayahnya masih mengisi ruang kejiwaannya sampai dewasa.
Membentuk keinginan Bapaknya Budi untuk tidak berlaku keras kepada Budi. Dengan segala cara ia akan membela anaknya apabila disakiti oleh orang lain, termasuk jika dipukul guru dengan alasan apa pun.