Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Nulis yang ringan-ringan saja. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Mau Menjalankan Usaha Rumah Makan atau Tempat Karaoke?

1 Oktober 2024   06:07 Diperbarui: 1 Oktober 2024   16:37 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nasi, tumis daun katuk & kecambah, daun poh-pohan mentah, sambal (dokumen pribadi)

Nasi dan sayur di depan mata buru-buru dihabiskan secepatnya, tanpa menunggu ikan pecak selesai dimasak.

Lauk kuliner khas Betawi terbuat dari ikan tawar goreng, yang disiram sambal encer (cabai, bawang merah, jahe, kecur, air panas/matang), baru diantar ke meja 25 menit kemudian.

Biasanya, pegawai restoran memberi tahu tamunya bahwa pesanan membutuhkan waktu, sehingga baru bisa diantar dalam sekian menit. Misalnya, menjelaskan bahwa butuh 15 menit proses mematangkan.

Ini tidak! Sepuluh menit menunggu terlalu lama untuk menahan pemberontakan di dalam perut, maka hidangan yang ada disantap tanpa ikan sebagai teman nasi.

Selain memang sudah tiba waktu makan siang -- pukul 12 lewat -- saya ingin segera beranjak dari tempat makan tersebut. Lagu-lagu pop diputar pengelola terlalu kecang, sehingga mengganggu kenyamanan berada di rumah makan.

Waktu pertama masuk, saya menyampaikan permohonan agar volume dipelankan. Namun, ia mengatakan bahwa tamu-tamunya menyukai. Bahkan, katanya, sebagian ikut menyanyi.

O, ternyata rumah makan tersebut menyediakan mesin pemutar lagu untuk karoaku, eh, karaoke.

Ya sudahlah. Mereka tidak mendengarkan komplen recehan. Mau tidak mau saya membawa piring berisi nasi, tumis daun katuk & kecambah, daun poh-pohan mentah, dan sambal ke meja dan menunggu lama.

Kemudian saya segera menghabiskan makanan dan minta ikan pecak agar dibungkus. Meninggalkan restoran yang sepi pengunjung, sekalipun pada waktu makan siang di akhir pekan.

Sekali lagi saya memastikan isi tulisan di spanduk besar pada luar rumah besar yang halamannya dibangun tempat usaha kuliner. Ternyata benar. Mereka menyediakan aneka masakan Sunda. Rumah makan, bukan tempat untuk menyanyi atau berkaraoke.

Aneka masakan Sunda yang dipajang (dokumen pribadi)
Aneka masakan Sunda yang dipajang (dokumen pribadi)

Memang tidak boleh tempat makan menyediakan fasilitas karaoke bahkan musik hidup?

Boleh saja. Satu tempat sama mungkin terdiri dari lebih dari satu kegiatan usaha. Rumah makan yang dilengkapi dengan karakoke. Atau, tempat karaoke yang menyediakan makan dan minum.

Dalam batas jumlah pengunjung ditentukan, masing-masing memiliki izin khusus dan dan dikenakan pajak daerah. Pengenaan tarif Pajak Asli Daerah (PAD) bisa berbeda di setiap wilayah. Namun, saya tidak akan membahas perpajakan dan aturannya.

Ditambah, saya tidak punya pengetahuan dan pengalaman mengelola tempat karaoke. Kalau menangani kombinasi usaha penjualan makanan, minuman (bar), dan musik hidup, sudah pernah.

Anak Jakarta Selatan waktu itu menyebut tempat tersebut sebagai kafe (Cafe. Bukan caf yang merupakan singkatan dari Confederation Africaine de Football).

Kafe di daerah Kebayoran Baru Jakarta Selatan itu merupakan semi fine-dining restaurant yang dilengkapi dengan bar dan panggung live music:

  • Restaurant berkapasitas 250 tempat duduk menyediakan makanan gaya olahan Barat, Oriental, dan Indonesia.
  • Bar menjual minuman nonalkohol dan beralkohol (diimpor resmi dan berpita cukai).
  • Panggung musik hidup disediakan bagi penampil dengan peralatan full band dengan kekuatan sound system cukup.

Satu ketika pemilik usaha berencana menambah fasilitas karaoke. Tidak jadi, karena perlu penambahan surat izin penyelengaraan karaoke. Lagi pula, pengenaaan pajaknya lebih tinggi dari pajak restoran dan bar. Ruwetlah mengurus izin dan ganti sistem pencatatannya.

Lupakan itu. Restoran tersebut menyediakan hiburan berupa pertunjukan musik hidup, juga musik latar yang menemani tamu bersantai sambil menikmati hidangan. Itu sudah bagus.

Pengelola tidak hantam kromo dalam menyetel lagu. Memutar volume penguat suara sesuai dengan situasi. Level audio pada siang hari akan berbeda dengan di waktu malam.

Siang sampai jelang senja, operator menyetel musik lembut dengan tingkat suara yang tidak menyiksa telinga tamu.

Seiring dengan makin tenggelamnya matahari, tombol diputar perlahan searah jarum jam. Genre musik pun diubah (bukan "diubah"). Pengunjung masih bisa menikmati makan malam sambil berbincang dalam suasana menyenangkan, sehingga tidak perlu menarik urat leher ketika berbicara dengan temannya.

Mendekati waktu penampilan musik hidup, volume dinaikkan sehingga menjadi jembatan tingkat kebisingan antara playback music dengan band penampil. Tidak muncul kejutan suara.

Pada saat musik hidup bekerja (pukul 21.00 di weekdays, 22.00 pada weekend), penguat berkekuatan 10.000watt berada pada puncak optimum (kira-kira tida perempat volume penuh. Lebih dari itu, komponen perangkat tata suara cepat rusak).

Masing-masing ada pengaturannya, baik musik untuk memperkaya suasana makan maupun musik sebagai tontonan menghibur. Jangan sampai pengunjung terganggu dengan suara musik terlampau kencang, sementara ia menikmati santapan. Sebaliknya, jangan pula musik tidak cukup menghentak dan kencang tatkala tamu ingin mengekspresikan kegembiraan.

Saya kira, tempat karoke akan menyetel musik dengan suara keras demi mengiringi penyanyi dadakan yang juga bersuara keras. Suara musik latar tidak selaras dengan suara penyanyi adalah soal lain. Umumnya, ruang karaoke dirancang dengan akustik bagus dan dinding berperedam suara.

Menurut hemat saya, mestinya pengelola usaha kuliner memiliki prosedur standar terkait pengoperasian musik latar.

Apabila murni menjalankan tempat untuk bersantap, setel musik dengan nuansa yang sekiranya tidak menggangu kenikmatan tamu menyantap makanan.

Jika mengoperasikan ruang karaoke, musik pengiring disetel dengan volume keras dan bagus agar tamu menghayati lagu dinyanyikannya.

Jadi ada perbedaan tegas, antara bikin usaha karaoke bermusik kencang dan rumah makan dengan latar musik pengantar makan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun