Tempat makannya ramai dikunjungi dan telah memiliki pelanggan tetap. Paling banyak adalah pembeli yang membawa pulang makanan matang (setelah bayar, ya). Sisanya, menghabiskan hidangan di tempat.
Tidak ada rahasia khusus, kata Bu Sayet. Ia suka memasak, orang lain menyukai dan tidak ragu menikmati makanan dibuat. Makin lama jumlah dan jenis masakan makin bertambah, Â sehingga satu ketika warung tersebut dikenal menjual makanan matang.
Saya kira, tiga puluh tahun perjalanan usaha telah bercerita tentang banyak hal, dari menghadapi kesulitan hingga kesuksesan sebuah bisnis kuliner.
Baik Bu Koni maupun Bu Sayet menekankan beberapa hal agar bisnis kuliner tersebut awet:
- Dilakukan dengan senang hati. Memasak adalah kesenangan mereka.
- Hasil masakan sebisa munkin mengikuti selera banyak orang dan bukan sekadar ikut-ikutan tren.
- Tekun berusaha dan berani menghadapi jatuh bangunnya usaha.
- Ajek menjaga kualitas produk.
- Memilih lokasi strategis seperti di pasar. Atau, membuka warung penjualan di permukiman dengan sasaran ibu-ibu yang tak sempat memasak karena, misalnya, bekerja.
Kisah-kisah di atas menyatakan bahwa kesukaan memasak bisa mendatangkan cuan, yaitu dengan membuka usaha penjualan makanan matang.Â
Selamat mencoba!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H