Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Best in Citizen Jounalism dan People Choice Kompasiana Awards 2024, yang teteup bikin tulisan ringan-ringan. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Bertahan 22 Tahun Jualan di Pinggir Jalan

20 Agustus 2024   07:09 Diperbarui: 20 Agustus 2024   19:11 468
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nasi liwet, tempe, lalap, sambel pencit dan terasi, pepes ikan mas (dokumentasi pribadi)

Penasaran, beberapa hari kemudian saya sengaja mampir lagi ke sana. Kali ini pilihannya adalah nasi putih (nasi liwet habis), tumis daun pepaya, saun selada segar, sambal pencit dan terasi, serta ikan nila berkuah.

Nasi, lalap, sambel pencit dan terasi, pesmol ikan nila (dokumentasi pribadi)
Nasi, lalap, sambel pencit dan terasi, pesmol ikan nila (dokumentasi pribadi)

Kata penjual, ikan dimasak pesmol tanpa santan. Menurut saya, lebih mendekati olahan pecak ikan. Apa pun, masakan ikan tersebut enak. Sayang tulang tidak bisa dimakan. Keras.

Ketika hendak membayar, penjual mengatakan sesuatu yang di telinga terdengar bukan seperti logat orang dari tanah Parahyangan.

Ah, ternyata pemilik warung berasal dari Semarang. Lah kok namanya "saung" yang membuat pikiran saya mengasosiasikannya dengan warung Sunda?

Bu Endang, pemilik warung, menjawab bahwa istilah saung juga ada di Jawa Tengah. Artinya, gubuk. Sedang, "trijoken" berarti tiga (tri) Joko Kendil (disingkat jadi Joken).

Tempat menyewa dari pemilik rumah, yang merupakan saudara dari Bu Endang. Awal-awal, ia membuka warung nasi tidak jauh dari lokasi sekarang. Di pinggir jalan juga.

Ia mengalami pasang surut usaha penjualan makanan selama sekitar 22 tahun. Dua puluh dua tahun! Perjalanan usaha makanan yang tidak sebentar.

Artinya, Bu Endang sudah sangat matang dalam menjalankan bisnis kuliner. Usaha yang saya duga tidak mudah goyah dan berubah-ubah mengikuti tren.

Kendati harga produk tergolong tinggi untuk ukuran warung sederhana di pinggir jalan, para pelanggan mestinya menyukai rasa masakan dengan aneka ragam pilihan menu.

Pengalaman 22 tahun menegaskan pernyataan di atas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun