Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Best in Citizen Jounalism dan People Choice Kompasiana Awards 2024, yang teteup bikin tulisan ringan-ringan. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Bertahan 22 Tahun Jualan di Pinggir Jalan

20 Agustus 2024   07:09 Diperbarui: 20 Agustus 2024   19:11 469
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nasi, lalap, sambel pencit dan terasi, pesmol ikan nila (dokumentasi pribadi)

Nasi ambil sendiri dengan dua pilihan, putih atau liwet. Lauk dan sayur pilih sorangan. Banyak ragam sampai-sampai saya bingung. Mau ambil semua, perut tidak bakal muat dan isi dompet tidak akan cukup.

Dihitung, ada belasan wadah stainless steel berisi olahan ayam, ikan, dan daging. Di etalase sebelah terdapat aneka tumisan sayur, selain lalap segar (mentah).

Nasi liwet, pepes ikan mas, lalap, tempe, sambal terasi, dan sambal pencit (mangga muda) akhirnya mengisi piring. Minumnya, es jeruk.

Nasi liwet, tempe, lalap, sambel pencit dan terasi, pepes ikan mas (dokumentasi pribadi)
Nasi liwet, tempe, lalap, sambel pencit dan terasi, pepes ikan mas (dokumentasi pribadi)

Nasi liwetnya wangi. Pepes empuk hingga ke tulangnya. Tempe goreng, ya terasa kedelai difermentasi. Sambal terasi, terasa mantap banget.

Sambal mangga muda? Nah, ini sambal favorit yang jarang saya temukan di warung Sunda di Kota Bogor.

Singkatnya, gabungan masakan di atas merangsang nafsu makan, sehingga makanan ludes sampai titik butir nasi penghabisan. Bersih. Kalau tidak ingat kesehatan, mau banget menambah nasi anget.

Lidah mencecap rasa pas. Masakan tidak kebanyakan garam atau gula. Tidak pula hambar. Juru masak mengolah dengan cukup bumbu (bukan sekadar banyak penyedap buatan) dengan takaran tidak berlebihan. Barangkali, saya sudah terbiasa dengan makanan sedikit garam tanpa gula.

Beberapa kali saya makan di warung berbeda, masakan kadang terasa kebanyakan garam atau gula. Memang, penambahan sedikit gula pasir membuat masakan lebih terasa gurih.  

Harmonisasi bumbu dan penyedap masakan di warung tepi jalan itu telah membentuk rasa seimbang. Cocok bagi lidah Jawa Timur saya.

Walaupun warung pinggir jalan, harga mesti dibayar lebih tinggi dibanding warung serupa, yaitu Rp50.000 lebih untuk sepiring makan dan minum segelas es jeruk. Mungkin karena ukuran lauknya lebih besar daripada umumnya di warung lain.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun