Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Best in Citizen Jounalism dan People Choice Kompasiana Awards 2024, yang teteup bikin tulisan ringan-ringan. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Jadwal Keberangkatan Kereta Kencana dari Curug Ratapan

10 Agustus 2024   07:05 Diperbarui: 10 Agustus 2024   07:19 348
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto diri (dokumen pribadi)

Baskoro berusaha menyelam ke dalam bola mata beku di sampingnya. Mendadak muncul rasa penasaran.

"Ceritaku sedikit berbeda. Dengan kemauan sendiri, dia meninggalkan aku demi perempuan lain. Perempuan keparat," sejenak terlihat mata Sari membara. Hanya sebentar, kemudian redup lagi. Dingin Kembali menyiksa.

Hening. Dua makhluk bercakap dalam diam. Memiliki pengalaman sama, meski berbeda cerita. Mereka sama-sama berada dalam keadaan buruk.

Rasa hangat menjalar dalam dada Baskoro. Pikirannya pelan-pelan turun dari langit untuk menjejaki bumi, karena sekarang ia punya teman senasib. Batinnya berkata, aku harus realistis! Lepaskan beban. Lepaskan kenangan. Toh ada harapan di depan, eh di samping.

Tiba-tiba Sari memutarkan kepala hampir sembilan puluh derajat. Pandangannya bercahaya. Ia menatap tajam kedua mata Baskoro tanpa kedip.

"Maukah engkau menemani hari-hari sepiku? Menuju wilayah di mana masa lalu tidak akan pernah mampu merecoki?"

Pucuk dicinta ulam tiba. Hati Baskoro menghangat, "Mau! Saya mau pakai banget." Sisi jenakanya mulai meletup setelah sekian lama terpendam. Pikiran terbang. Melayang. Sebuah harapan baru terbentang.

Tanpa dapat diduga sebuah kereta kencana berwarna emas -- atau memang terbuat dari emas -- berhenti di hadapan mereka. Sais menahan tali kekang. Kepala empat ekor kuda mendongak gagah.

"Ayo, naik!" Ajak Sari yang kini tampak sangat memesona. Sangat indah dalam pandangan Baskoro, yang tanpa sedikitpun ragu bangkit dan melangkah maju. Melompat. Duduk di samping ratu hatinya.

Ya! Saat ini Sari merupakan ratu di hati Baskoro. Sari berpenampilan bak ratu sebenar-benarnya seorang ratu yang berpendar keemasan.

Mengikuti perintah sang ratu, sais menarik tali dan mendesiskan aba-aba. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun