Kembali ke meja makan menghabiskan hidangan. Seruput kopi. Sibuk menyiapkan baju ganti, ambil handuk, pergi ke kamar mandi. Telanjang. Jebar-jebur.
Sekeluarnya, jam dinding mengatakan bahwa waktu santai hampir habis. Saatnya berangkat kerja.
Rudolfo berkemas. Sibuk. Sangat sibuk. Melupakan piring yang harus diletakkan di tempat cucian. Lupa menghabiskan kopi tubruk di meja. Ia harus berangkat ke kantor.
Lompat. Lari menuju garasi. Menunggang motor lalu mengarahkannya ke depan. Melupakan pintu tidak dikunci. Handel gas diputar habis. Mesin meraung.
Motor standing menyisakan karbon mono oksida. Meninggalkan suara dentaman. Melindas ayam. Bulu-bulu sayap tercerabut beterbangan ke udara. Unggas malang berlari ketakutan menerjang kucing-kucing sedang kawin.
Knalpot motor mengorkestrasi polemik meong-meong dengan petok-petok. Gaduh. Bikin sakit kepala. Bising pada pagi yang sangat sibuk di dalam gang.
Sekali lagi tetangga memaki, "diaaaampuuuut....!!!! (serapah gaya arek Malang).
Rudolfo tidak perduli. Mengabaikan kekacauan. Pikirannya hanya satu: jangan sampai telat masuk kantor.
Sepeda motor ngepot memasuki jalan besar. Mesin berteriak kepayahan. Putaran roda kian kencang. Makin kencang sehingga angin menerpa wajah dan rambut. Berkibar-kibar.
Rudolfo lupa mengenakan helm keselamatan, "ya sudahlahku, aku harus segera sampai. Persetan dengan semuanya!"
Setan yang sedang mengobarkan api neraka mengomel, "dasar setan alas! Gue kok disalahin?"