Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Best in Citizen Jounalism dan People Choice Kompasiana Awards 2024, yang teteup bikin tulisan ringan-ringan. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pemimpin Favorit

1 Juli 2024   06:46 Diperbarui: 1 Juli 2024   06:46 335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bunyian tersebut juga tertulis di poster-poster pengunjuk rasa, dan tentu saja demonstran kelas nasi bungkus, di depan gedung tempat kerja lembaga yang menyangkakan.

Sebaliknya, tidak sedikit penentang merasa senang dengan penangkapan pemimpin favorit warga, yang seyogianya tidak mereka sukai. Apalagi kalau bukan sebab terkait perbedaan pandangan tentang  kekuasaan, serta bagi-bagi kursi dan konsesi.

Meminjam istilah dari republik sebelah: polaritas politik yang kadung melembaga. Kenapa "kadung melembaga"?

Begini, dua kutub pendukung berseberangan lantaran pimpinan teratas berbeda jauh dalam pandangan. Mereka bertukar caci maki, berbalas melontarkan keburukan, saling menyuarakan negasi, hingga gugat-menggugat tiada akhir.

Dua kutub saling berselisih tetap berseberangan hingga membeku menjadi sebuah wujud kaku sebuah pertentangan. Permusuhan antar saudara sebangsa dan setanah air yang berkelanjutan, terstruktur, dan melembaga.

Padahal..., padahal mah dalam perkembangan selanjutnya dua pemimpin saling senyum, berjabat tangan, kemudian bekerja bareng dalam keakraban bagai tiada pernah beradu kening.

Sudahlah, lupakan kisah perseteruan dengan akhir kebahagiaan kalangan atas di republik sebelah. Kembali ke situasi terjadi di republik ini.

Warga republik ini mengikuti perkembangan terkini dengan saksama, tanpa sedikit pun melewatkan cuplikan-cuplikan cerita penangkapan pejabat favorit.

Pendukung harap-harap cemas. Penentang menantikan pemimpin favorit masuk jeruji besi.

Para petugas dari lembaga menyangkakan sedang sibuk mendalilkan terjadinya penyelewengan dilakukan oleh pemimpin favorit warga.

Mereka menggeledah rumah pribadi berhalaman luas dengan kolam renang di taman belakang, rumah dinas, dan tempat kerja paling dingin di republik ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun