Kucing-kucing jantan membatalkan pertengkaran memperebutkan teritori, burung-burung berhenti terbang, anjing-anjing tak menggonggong, tikus-tikus mendongakkan kepala, kecoa-kecoa terperangah mendengar berita heboh.
Warga republik ini heboh!
Melalui layar datar, berita daring, dan media sosial, seluruh warga tanpa kecuali heboh menyaksikan pemberitaan paling heboh di republik ini
Seorang pemimpin favorit warga, karena kedermawanan dan kedekatannya dengan banyak warga, ditangkap pihak berwajib.
Ia disangkakan menyalahgunakan jabatan lalu menyelewengkan uang negara demi memperkaya diri. Berapa besarnya, masih dalam pendalaman. Disebutkan, kerugian meliputi angka dengan jumlah nol tak terbayang banyaknya.
Di televisi tampak pasukan berpakaian serba hitam menggelandang pemimpin favorit tersebut ke kendaraan hitam. Dengan tersenyum percaya diri ia melambaikan tangan ke para pencari berita sebelum pintu mobil benar-benar menutup.
Maka pada hari-hari berikutnya perbicangan banyak warga berpusat pada perkembangan kasus menimpa sang pemimpin favorit warga.
Banyak pihak merasa terpukul. Berharap pemimpin favorit warga tidak melakukan kesalahan, apalagi melakukan penyelewengan uang negara seperti disangkakan oleh pihak berwenang yang menyangkakan.
"Sangkaan tidak benar! Sangkaan salah alamat!"
Begitulah sebagian kecil bunyi-bunyian yang digaungkan oleh para pecinta pemimpin favorit warga melalui platform X, Facebook, Instagram, dan semacamnya.
Bunyian tersebut juga tertulis di poster-poster pengunjuk rasa, dan tentu saja demonstran kelas nasi bungkus, di depan gedung tempat kerja lembaga yang menyangkakan.
Sebaliknya, tidak sedikit penentang merasa senang dengan penangkapan pemimpin favorit warga, yang seyogianya tidak mereka sukai. Apalagi kalau bukan sebab terkait perbedaan pandangan tentang  kekuasaan, serta bagi-bagi kursi dan konsesi.
Meminjam istilah dari republik sebelah: polaritas politik yang kadung melembaga. Kenapa "kadung melembaga"?
Begini, dua kutub pendukung berseberangan lantaran pimpinan teratas berbeda jauh dalam pandangan. Mereka bertukar caci maki, berbalas melontarkan keburukan, saling menyuarakan negasi, hingga gugat-menggugat tiada akhir.
Dua kutub saling berselisih tetap berseberangan hingga membeku menjadi sebuah wujud kaku sebuah pertentangan. Permusuhan antar saudara sebangsa dan setanah air yang berkelanjutan, terstruktur, dan melembaga.
Padahal..., padahal mah dalam perkembangan selanjutnya dua pemimpin saling senyum, berjabat tangan, kemudian bekerja bareng dalam keakraban bagai tiada pernah beradu kening.
Sudahlah, lupakan kisah perseteruan dengan akhir kebahagiaan kalangan atas di republik sebelah. Kembali ke situasi terjadi di republik ini.
Warga republik ini mengikuti perkembangan terkini dengan saksama, tanpa sedikit pun melewatkan cuplikan-cuplikan cerita penangkapan pejabat favorit.
Pendukung harap-harap cemas. Penentang menantikan pemimpin favorit masuk jeruji besi.
Para petugas dari lembaga menyangkakan sedang sibuk mendalilkan terjadinya penyelewengan dilakukan oleh pemimpin favorit warga.
Mereka menggeledah rumah pribadi berhalaman luas dengan kolam renang di taman belakang, rumah dinas, dan tempat kerja paling dingin di republik ini.
Empat belas koper dibawa menggunakan tiga mobil hitam ke gedung tempat kerja lembaga yang menyangkakan.
Siang malam mereka meneliti, memillih, dan memilah berkas dengan hanya makan akan mie instan dan minum kopi seduh tidak diaduk. Atau kopi di gelas dengan sendok memutar sekali, agar bubuk di dasar bercampur dengan air panas dari termos.
Setelah berhari-hari tidak menyantap siang secara memadai dan mengabaikan keindahan senja, aparat yang menyangkakan mengerucutkan sangkaan menjadi tuntutan hukum.
Simpulan sebagai hasil kerja keras yang patut diapresiasi oleh semua pihak, baik pendukung maupun penentang.
Di depan gedung tempat kerja lembaga yang menyangkakan, ketua dari pimpinan koletif kolegial pihak berwenang yang menyangkakan menyampaikan pernyataan.
"Selamat siang sodara-sodara. Hasil kerja idik (penyelidikan-pen.) dari tim yang menyangkakan selama sekian hari ... bla, bla, bla...."
"Singkat saja, Pak! Jangan muter-muter..."
"Baik-baik... Ternyata ada tersangka yang merupakan tokoh sentral dalam dugaan korupsi ini."
"Pemimpin favorit?"
"Bukan, bukan...! Tidak ditemukan cukup kebenaran untuk memperkarakan beliau. Ada bukti lain yang meyakinkan, guna menyeret tangan kanannya yaitu orang paling dipercaya beliau ke pengadilan."
Sebagian wartawan gembira. Sisanya kecewa.
Warga republik ini gempar, memirsa berita sela melalui layar datar atau membaca berita mutakhir di media daring.
Sebagian warga gembira. Sisanya kecewa.
***
Malam tanpa bintang. Suara jangkrik. Kesiur angin. Lembap. Lelap.
Seorang pria mengenakan piyama buatan Perancis berjalan menjauhi bangunan utama.
Ia menuju kolam renang. Berhenti. Mengeluarkan telepon genggam. Membuang kardus ke tong sampah. Memasang kartu penyimpan data pengguna hape.
Lampu taman belakang menerangi deretan angka pada secarik kertas. Menggunakan telepon genggam poliponik tak bisa disadap, pria berwibawa itu membuka percakapan.
"Selamat malam, Pak. Apel Washington dan apel Singapura dalam dua dus bekas air mineral sudah dikirim ke alamat....... Ya, ya, ya, lapan anam, sesuai petunjuk Pak Ketua."
Hening. Kesiur angin. Lembap. Lelap.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H