Dalam satu jam nongkrong, saya mengingat-ingat jumlah konsumen. Dua pembeli gado-gado. Tiga orang, termasuk saya, membeli gorengan rata-rata sebanyak 4 potong.
Menurut keterangan, tadinya dipajang 10 bungkus bihun goreng. Sekarang tinggal tiga.
Harga masing-masing adalah: sepiring gado-gado Rp12.000, empat potong gorengan Rp5 ribu, dan sebungkus bihun goreng Rp2.500. Kalkulasinya menjadi begini:
- Penjualan rata-rata gado-gado dalam sehari = (2 x Rp12.000) x 6 jam operasi menghasilkan omzet Rp144.000.
- Gorengan = (3 x Rp5.000) x 6 jam operasi menghasilkan uang Rp90.000.
- Ditambah penjualan 10 bungkus bihun goreng @Rp2.500, kalau habis maka pendapatan bertambah Rp25.000
- Total perkiraan rata-rata hasil penjualan dalam sehari (6 jam buka) adalah Rp259.000.
Kemudian saya menyampaikan kepada penjual, tebakan pemasukan sehari adalah Rp250-300 ribu. Namun saya belum bisa menghitung keuntungan kotornya, mungkin tiga puluh persen atau lebih.
"Kurang lebih segitu. Yang penting bisa ikut makan dari hasil jualan."
Di tengah sulitnya mencari pekerjaan dan menjalankan usaha secara stabil, lapak penjualan gado-gado dan gorengan menjadi penyelamat.
Usaha mikro yang menjadi sekoci penyelamat keluarga sederhana itu mengarungi samudra kehidupan, yang bergelombang dan berbadai.
Semoga sang suami mendapatkan pekerjaan baru atau kegiatan produktif berpenghasilan terukur, sehingga mereka dapat membangun bahtera lebih kokoh. Aamiin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H