Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Nulis yang ringan-ringan saja. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kursi dari Langit

3 Juni 2024   10:09 Diperbarui: 3 Juni 2024   10:46 399
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tiada amarah di antara mereka. Tiada amanah yang diselewengkan demi keuntungan pribadi dan atau keluarga mereka sendiri (di sana tidak kelompok seperti partai, misalnya.

Hubungan sejuk dan damai menghiasi lingkungan alam sejuk kalau siang, mendatangkan gigil saat malam.

***

Pesawat terbang rendah mengitari kampung membuat semua orang menghentikan kegiatan, lalu mereka berkumpul di suatu tanah lapang agar leluasa melihat.

Pesawat udara meluncur di atas kepala mereka bukanlah satu hal aneh. Kendati tampak kecil nun di langit tinggi, sesekali kapal terbang memotong angkasa.

Ini terbang terlalu rendah. Pesawat kecil tampak besar dan jelas pada pandangan warga. Makanya mereka penasaran, ada apa gerangan?

Terlihat pintu dibuka. Dua orang terikat pada bagian dalam pesawat sepertinya mendorong suatu benda. Dan, dan... mereka sengaja melepas barang semacam kayu. Benda keemasaan berkilap-kilap terjun bebas.

Objek dari perut pesawat jatuh bukan ke lapangan atau kampung warga, tetapi meluncur ke jurang. Menghantam beberapa tanaman. Berguling-guling. Menggelinding sejenak lalu menyangkut pada semak-semak.

Pak Apung, sebutan untuk kepala kampung, berseru kepada beberapa orang agar mengikutinya. Menuruni tebing curam tapi tidak begitu curam demi melihat benda dari langit.

Beberapa saat kemudian, mereka mengangkat sebuah kursi berukir-ukir berwarna keemasan dengan hanya sedikit goresan.

Mereka biasa merakit kursi atau bangku dari bahan tersedia di sekitar. Tiada pekerjaan merapikan, yang penting tempat duduk tersebut berfungsi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun