Kapan renovasi dilakukan? Itulah kelebihan saya: lupa nanya!
Tentang keadaan warung setelah renovasi, saya menyampaikan kesan sebagai berikut:
- Dengan penataan rapi, tempat lebih bagus, nyaman, dan terkesan luas.
- Pilihan menu ditawarkan lebih beragam.
- Rasa makanan dapat diterima oleh lidah. Buktinya, sebelum pulang saya membungkus beberapa lauk.
- Harga terhitung wajar.
- Pelayanan gesit dan bagus.
Jadi, masalahnya di mana? Tempat lebih bagus, makanan baik, pelayanan ramah, harga menu wajar, tetapi kok bisa lebih sepi dibanding dulu?
Mengabaikan faktor lain, seperti persaingan usaha sejenis atau penurunan daya beli konsumen, menurut saya ada suasana yang hilang.
Sebelum perubahan, saya selalu menyempatkan diri mampir ke warung sederhana itu. Kangen, tepatnya tidak bosan, dengan rasa enak dari menu disajikan (urap cikur, tumisan, paru goreng, ayam, ikan, sambal) dan suasananya.
Suasananya menyenangkan, akrab, dan bikin betah. Serasa berada di warung di lingkungan pedesaan, meskipun sejatinya ia berada di dalam kota. Atmosfer homey inilah yang terkikis setelah perubahan fisik.
Perubahan tidak selalu baik. Perubahan dimensi fisik sebuah tempat bisnis kuliner tidak menjamin peningkatan jumlah pengunjung. Bahkan bisa membuatnya menjadi lebih sepi pembeli.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H