Bisnis kuliner yang menjadi buruan pengunjung bermobil dan bersepeda motor. Harga makanan pun di atas umumnya warung sederhana.
Beberapa waktu lalu, sambil berolahraga jalan kaki, saya mampir lagi ke warung itu.
Warung ternyata berubah penataannya. Lantai putih membuatnya rapi, terkesan lebih luas, dan terasa lebih nyaman.
Tidak ada lagi meja dan kursi panjang. Diganti dengan beberapa meja persegi dengan empat kursi plastik di sisi-sisinya, tertata rapi dalam ruang berlantai keramik.
Menu disajikan ala buffet. Pembeli bisa mengambil sendiri nasi hangat dalam magic jar, sambal dalam cobek, dan lalap di satu meja. Memilih anekan sayur dan lauk di rak sebelah kasir, yang masing-masing ditempatkan dalam wadah stainless steel.
Sampai dengan jam makan siang belum banyak pembeli menunjungi warung. Saya beserta keluarga di satu meja. Sementara sepasang suami istri sedang memilih lauk untuk dibawa pulang. Cuma itu. Meja lain masih kosong.
Dulu, sebelum waktu istirahat kantor beberapa menu sudah tinggal sedikit. Hidangan favorit habis sejak pukul sebelas.
Sepertinya perubahan menjadi lebih bagus tidak diikuti dengan peningkatan jumlah pengunjung.
Bisa jadi pengamatan baru dilakukan sekali. Maka di kesempatan lain saya mampir, menyaksikan bahwa keadaannya hampir sama. Hanya ada satu dua sepeda motor parkir.
Pendapat sementara saya adalah, warung sederhana tersebut sekarang lebih sepi dibanding keadaan sebelum direnovasi.
Terinformasi, tukang masak terdahulu telah wafat. Digantikan oleh anaknya, yang menggandeng pemodal untuk meremajakan bangunan dan menata ulang ruang dalam.