Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Best in Citizen Journalism dan People Choice Kompasiana Awards 2024, yang teteup bikin tulisan ringan-ringan. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Menghadapi Kebohongan Pegawai di Tempat Kerja

23 Mei 2024   10:07 Diperbarui: 23 Mei 2024   10:54 287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Satu proyek Pembangunan Lapangan Sepakbola Mini membutuhkan tim solid. Melibatkan pekerja terampil dan berpengalaman.

Kontrak memberikan waktu penyelesaian sekitar empat bulan. Maka proyek memerlukan kelompok kerja kompak dan berbobot, agar pekerjaan selesai tepat waktu dengan mutu setakar bunyi Surat Perjanjian Kerja.

Demi penyelesaian tugas, anggota tim berkoordinasi secara periodik. Manajer Proyek, Pelaksana Lapangan, Mandor (kepala tukang), hingga drafter membicarakan tugas-tugas, lingkup pekerjaan, kebutuhan, dan gambar-gambar mesti dibuat.

Gambar-gambar sudah ada dalam dokumen lelang, termasuk spesifikasi pekerjaan. Namun demikian, gambar tersedia perlu dibuat lebih detail.

Diperlukan satu atau lebih orang mahir membuat gambar teknik. Memudahkan perakitan obyek sesuai maksud gambar utama.

Posisi drafter menjadi penting, terkait kegiatan gambar-menggambar rincian konstruksi. Proyek merekrut satu tenaga muda sebagai juru gambar.

Dalam perjalanan insinyur sipil itu memperlihatkan unjuk kerja tidak memuaskan. Beberapa kali ia terlambat menyampaikan gambar detail permintaan Manajer Pelaksana.

Pun gambar tidak bisa langsung dipakai, masih mentah. Beberapa rekan kemudian mendampingi supaya bisa menelurkan produk sesuai kebutuhan.

Kerena tidak berkembang, akhirnya anggota lain turun tangan merapikan pekerjaan gambar detail. 

Padahal insinyur muda itu tampak Sibuk atau Produktif. Menghadap layar komputer seolah sibuk atau mencetak gambar.

Sepertinya ia bersembunyi di balik kesibukan untuk melakukan kegiatan tidak penting, tetapi menurutnya mendesak. Energinya dihabiskan untuk hal sia-sia. Apa itu?

Kerap menunda pekerjaan utama, melakukan kegiatan lain, mengerjakan tugas yang tidak berhubungan dengan proyek (mungkin terkait dengan kepentingan pribadi), menjelajahi lokapasar, dan main gim (menggunaka headset agar suara tidak terdengar 0rang lain).

Pimpinan tim memberikan kepercayaan kepada anggota agar bekerja baik dan tepat waktu, karena tuntutan kontrak. Namun sebagian membalas dengan ketidakjujuran dengan berpura-pura sibuk, atau sibuk melakukan hal lain.

Itu sekilas kebohongan yang terjadi di proyek. Dalam bidang pekerjaan lain barangkali ada contoh berbeda, dari kebohongan kecil hingga besar.

Apa yang mendorong pegawai melakukan kebohongan?

Secara garis besar orang berbohong di tempat kerja didorong oleh ketakutan dan godaan (temptation). Takut hilang pekerjaan, takut tidak dianggap, takut diabaikan, takut kehilangan respek. Godaan uang atau prestise, godaan kekuasaan, dorongan ego.

Seorang pengajar di NYU Stern School of Business dan Hofstra University mengatakan (sumber), ada tiga motivasi pegawai melakukan kebohongan di tempat kerja:

1. Menutupi kelemahan. Pegawai terlihat sibuk, lantaran merasa terbebani pekerjaan sehingga tidak tahu cara melepaskan diri. Kemudian mereka berusaha menyembunyikan ketidakmampuan atau kekurang berhasilan dengan menyibukkan diri.

2. Takut mengecewakan atau memicu konflik. Seseorang mengkhawatirkan, mengatakan kebenaran akan menimbulkan reaksi negatif. Ia tidak ingin mengecewakan terkadang berbuat ABS, asal bapak senang.

3. Punya kepentingan pribadi. Seperti keuntungan untuk diri sendiri, kesenangan diri, hingga tujuan memajukan karier pribadi. Pernah melihat seorang rekan kerja mengakui prestasi kerja tim sebagai pencapainnya? Kebohongan di tingkat ini cenderung halus, dan merugikan anggota lainnya.

Bagaimanapun kebohongan akan merusak kerja sama tim. Dalam proyek konstruksi yang terikat dengan kontrak --berkejaran dengan tenggat waktu-- kebohongan menghambat pencapaian ketepatan waktu dan mutu pekerjaan.

Dengan waktu ketat, penanggung jawab proyek tidak bakal sempat memperbaiki kebohongan-kebohongan atau membimbing pegawai agar berperilaku lebih baik. Etika pekerjaan telah ditetapkan sejak proyek dimulai.

Pimpinan proyek tidak bakal sempat ceramah panjang lebar memberikan nasihat terbaik.

Dalam ingatan ia mencatat mencatat perilaku pegawai yang berbohong kecil maupun besar, dan melakukan tindakan cepat kepada pegawai berbohong serta tidak cakap dengan:

  • Memberikan asistensi.
  • Mengambil alih pekerjaan.
  • Menugaskan pegawai lebih kompeten mengerjakan tugas.
  • Merotasi pegawai tidak cakap itu ke bidang pekerjaan lain.
  • Bahkan memecatnya.

Pada kasus kebohongan insinyur muda di atas, dalam waktu terbatas manajer proyek melakukan pendampingan. Kemudian memindahkan yang bersangkutan ke sub bagian pekerjaan berbeda.

Jalan terakhir, pimpinan dengan berat hati mengeluarkan anak muda itu dari ruang lingkup proyek.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun