Pria perantau dari Indramayu itu menyebut, sekarang rata-rata penjualan Rp350.000 per hari. Ia berharap omzet naik terus hingga mencapai posisi stabil.
"Yang penting sekarang modal bisa muter dan ada selisih untuk keluarga di sana."
Menurutnya, waktu setelah Ramadan kian hari kian bertambah pengunjung. Selain untuk mengisi lambung atau menyesap kopi, mereka nongkrong menikmati hawa sejuk nan damai, membersihkan mata dengan pemandangan hijau, dan mendengarkan suara ayam berkeliaran di kebun.
Bisa jadi tidak mudah menemukan tempat serupa di bagian lain di Kota Hujan, warung dengan suasana damai dan menu bikin kantong adem.
Boleh jadi, suasana sejuk, damai, dan menenangkan menjadi keunikan sekaligus kelebihan bisnis kuliner tersebut. Sebuah pembeda yang merupakan keunggulan.
Tak perlulah bikin sajian lain dari yang lain atau menyediakan musik, demi menciptakan keunikan agar suatu bisnis kuliner berlanjut. Suasana apa adanya dapat menjadi daya tarik bagi pengunjung.
Di warung sederhana inilah saya menikmati suasana damai tanpa menguras isi dompet. Menyeruput seduhan kopi dan empat potong tempe goreng, sambil membuat coretan kasar untuk calon artikel ini.
Masih penasaran, saya minta sepiring nasi putih diimbuhi telur dadar dan tumis toge tahu.
Tiga jam kemudian saya menyerahkan Rp20.000 untuk membayar seluruh kenikmatan yang telah diterima.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H