Bikin betah, kendati tampilannya sederhana. Barang dijual pun biasa saja. Meskipun demikian, warung ini memiliki keunikan yang menjadi daya tarik orang untuk berkunjung.
Kedai berada di bagian depan sebuah persil kosong yang ditanami singkong.Â
Di belakangnya, menempel pada dinding tetangga, dibangun gubuk. Dihuni dua orang agar tidak kehujanan kepanasan ketika tidur. Bapak dan anak yang sekaligus bertugas menjaga tanah kosong.
Sang anak, Sanawi biasa dipanggil Mawi mengisi waktu sekalian cari uang dengan membuka warung bertiang bambu, beratapkan seng gelombang, dan sebagian dinding ditutup spanduk tidak terpakai.
Pada bagian muka terletak etalase kaca tempat memamerkan aneka lauk, yang disampingnya berdiri kulkas berisi minuman. Celah di antaranya merupakan akses pemilik warung melayani konsumen.
Kecuali minuman kemasan, Mawi mengolah semuanya, melayani pembeli, berbelanja bahan keperluan warung mencuci piring, dan menerima pembayaran.
Mawi sendirian mengurus warung sederhana tanpa bantuan asisten apalagi anak buah. Sementara bapaknya memiliki kesibukan lain di luar.
Warungya sederhana, hidangannya pun takada yang istimewa.
Di dalam etalase dipajang aneka olahan telur (ceplok, dadar, dicabein), ikan kembung goreng, tumis tongkol iris, ayam goreng, ayam masak kecap, sambal, dan tumis toge irisan tahu. Kalau ingin nasi goreng, bisa dibuatkan.
Di meja depan terletak goreng pisang, tempe, dan bala-bala (bakwan).
Kalau ingin sekadar nongkrong seperti saya yang berlama-lama cari inspirasi, tinggal pesan kopi seduh ke penjual. Atau minuman dari bubuk dalam saset yang menggantung di warung.
Harganya pun sederhana. Kopi seduh Rp4.000. Gorengan Rp1.000 per potong. Kalau ingin makan, nasi plus lauk dan sayur Rp10.000-15.000, tergantung pilihan lauk.
Dengan, misalnya, dua puluh ribu rupiah kita bisa berlama-lama melamun, ngobrol kosong, cari inspirasi menulis, mengisi perut.
Enak berlena, sebab warung sederhana itu berada di kebun singkong dengan pohon alpukat, rambutan, pisang, dan lainnya di beberapa bagian.
Tempat makan yang menyajikan suasana adem dan sejuk, jauh dari bising, dan berada di Kota Bogor bagian tengah.
Sepotong atmosfer tenang di sela-sela keruwetan kota. Suasana yang tidak mudah ditemui di tempat makan lainnya, kecuali restoran dalam Kebun Raya atau kedai di lereng gunung dan lokasi jauh lainnya.
Warung sederhana menjadi tempat favorit saya, berhubung lokasinya hanya berjarak 170 meter dari rumah.
Mawi berkisah, penjualannya cenderung meningkat selama tiga bulan setelah buka.
"Alhamdulillah. Ada peningkatan. Semakin banyak orang jajan dan berlama-lama menikmati suasana adem," kata Mawi.
Pria perantau dari Indramayu itu menyebut, sekarang rata-rata penjualan Rp350.000 per hari. Ia berharap omzet naik terus hingga mencapai posisi stabil.
"Yang penting sekarang modal bisa muter dan ada selisih untuk keluarga di sana."
Menurutnya, waktu setelah Ramadan kian hari kian bertambah pengunjung. Selain untuk mengisi lambung atau menyesap kopi, mereka nongkrong menikmati hawa sejuk nan damai, membersihkan mata dengan pemandangan hijau, dan mendengarkan suara ayam berkeliaran di kebun.
Bisa jadi tidak mudah menemukan tempat serupa di bagian lain di Kota Hujan, warung dengan suasana damai dan menu bikin kantong adem.
Boleh jadi, suasana sejuk, damai, dan menenangkan menjadi keunikan sekaligus kelebihan bisnis kuliner tersebut. Sebuah pembeda yang merupakan keunggulan.
Tak perlulah bikin sajian lain dari yang lain atau menyediakan musik, demi menciptakan keunikan agar suatu bisnis kuliner berlanjut. Suasana apa adanya dapat menjadi daya tarik bagi pengunjung.
Di warung sederhana inilah saya menikmati suasana damai tanpa menguras isi dompet. Menyeruput seduhan kopi dan empat potong tempe goreng, sambil membuat coretan kasar untuk calon artikel ini.
Masih penasaran, saya minta sepiring nasi putih diimbuhi telur dadar dan tumis toge tahu.
Tiga jam kemudian saya menyerahkan Rp20.000 untuk membayar seluruh kenikmatan yang telah diterima.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI