Sesudah bersalam-salaman dan bermaaf-maafan, tiba waktunya menikmati hidangan lebaran.
Di meja makan terlihat ketupat (ini bintang utamanya), rendang, opor ayam, semur daging, sambal goreng ati, soto daging, gulai, kue-kue, sirup, atau sajian lainnya.
Makanan enak-enak. Kelezatan dari olahan daging sapi atau ayam dengan bumbu-bumbu dan santan.
Dulu, dulu sekali saya tidak pernah menjaga diri dari rayuan kelezatan hidangan lebaran. Pokoknya, kalap melahap aneka suguhan tanpa mengkhawatirkan dampak.
Tidak memerhatikan bahwa hidangan lebaran sangat berlemak. Kue-kue mengandung kadar gula tinggi.
Mengonsumsi makanan semacam itu terus menerus dengan jumlah tidak terkontrol berpotensi menimbulkan masalah:
Gangguan Pencernaan. Kebanyakan menikmati gurihnya masakan bersantan dan berlemak dapat menimbulkan rasa mulas, kembung, sampai diare.
Peningkatan Kadar Gula Darah. Akibat berlebihan mengonsumsi makanan manis, maka penyakit diabetes mengancam.
Tekanan Darah Tinggi. Disebut juga hipertensi, akan mendatangkan penyakit berbahaya hingga kematian mendadak.
Kolesterol Tinggi. Meskipun diperlukan oleh tubuh dalam membentuk sel baru, kolesterol berlebihan akan berdampak buruk bagi tubuh. Berpotensi menyebabkan serangan stroke dan penyakit jantung.
Usai lebaran, setelah berlebihan mengonsumsi hidangan lebaran ada baiknya memeriksa keadaan kesehatan tubuh seperti tekanan darah, kadar kolesterol, gula darah.
Bukan berarti sama sekali tidak boleh makan hidangan lebaran. Boleh. Tidak dilarang dan tidak ada undang-undang yang melarang menyantap hidangan lebaran, asalkan memerhatikan hal-hal berikut:
- Membatasi konsumsi masakan mengandung lemak tinggi dan bersantan, agar kadar kolesterol tidak naik juga supaya terhindar dari masalah pencernaan.
- Mengendalikan jumlah makanan dilahap. Jangan berlebihan apalagi kalap. Sisakan ruang di lambung untuk makanan sehat.
- Imbangi isi piring makan dengan makanan sumber serat seperti sayur-mayur, buah, dan biji-bijian.
- Minum air putih, daripada sirup. Air putih membantu pencernaan menggiling makanan.
- Membendung keinginan konsumsi makanan minuman manis.
- Tidak mager. Tetap melakukan aktivitas fisik seperti hari biasa, misalnya olahraga, agar membakar lemak.
Artinya, dalam suasana lebaran dengan segala hidangannya seyogianya tetap menjaga pola makan sehat. Makan makanan seimbang sesuai kebutuhan masing-masing individu.
Dengan itu kemungkinan terjadinya gangguan kesehatan seperti gangguan pencernaan, hipertensi, peningkatan kadar gula darah, dan lonjakan kolesterol dalam tubuh dapat dihindari.
Seorang kawan baik mengatakan, kolesterol hanya angka pada lembar laporan hasil laboratorium. Maksudnya, barangkali, tidak usah mencemaskan kenaikan kolesterol.
Sesungguhnya saya tidak pernah mengkhawatirkannya. Namun beberapa kali "salah makan" telah menaikkan tekanan darah, kadar kolesterol dan trigliserida, bahkan gula darah.
Menurut berbagai situs kesehatan, dan senantiasa diingatkan oleh dokter spesialis yang rutin memeriksa saya, kenaikan kadar lemak darah dan gula darah berpotensi mengundang serangan untuk kedua kalinya.
Bagi saya, serangan stroke lagi akan menyebabkan kerusakan lebih parah. Mungkin lumpuh total. Mungkin tidak bisa bicara. Mungkin tidak bisa berpikir. Mungkin..... mungkin langsung berangkat ke alam baka.
Makanya, saya sekarang sangat memerhatikan makanan minuman yang masuk ke dalam tubuh.
Tidak berarti antipati dengan makanan mengandung lemak dan bergaram serta minuman manis. Tidak alergi menyantap hidangan lebaran. Saya ikut menyantap mereka dan larut dalam suasana lebaran, tetapi lebih cermat dalam memilih dan mengatur makanan minuman dikonsumsi.
Maka ke dalam piring saya memasukkan kira-kira setengah ketupat. Lantas menambahkan rendang atau opor atau sambel goreng ati atau rawon atau soto (pilih salah satu). Mengambil kerupuk, sambal, dan menaburkan bawang goreng.
Setelah minum air putih, sejenak mengistirahatkan perut kemudian mengambil salad lokal (gado-gado, asinan, atau karedok) dan buah-buahan. Itu semua untuk menambal perasaan "kurang makan" di dalam diri saya.
Menurut hemat saya, ternyata kenyang ada di dalam pikiran berdasarkan sinyal yang dikirim oleh perut. Sedangkan mulut tidak bakal mengenal kata kenyang.
Jadi, pada dasarnya boleh-boleh saja menyantap hidangan lebaran. Asal tahu diri saja. Bukankah selama sebulan Ramadan kita belajar mengendalikan nafsu?
Jangan sampai kalap menyantap opor ayam dan kawan-kawan, sehingga memicu kenaikan kadar kolesterol. Jangan sampai diberangkatkan oleh hidangan lebaran ke rumah sakit.
Waspadalah. Waspadalah. Waspadalah...!!!)*
)* Jargon yang dipopulerkan oleh Bang Napi (alm Arie Hendrosaputro) di salah satu stasiun televisi swasta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H