Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Nulis yang ringan-ringan saja. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Jabatan: Kalau Sudah Duduk Lupa Berdiri

7 Februari 2024   07:06 Diperbarui: 7 Februari 2024   07:06 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ia mengedarkan lembar dukungan untuk ditandatangani oleh para anggota. Lebih dari lima puluh persen memberi dukungan, sehingga secara aturan boleh diangkat kembali menjadi ketua kendati telah dua kali menjabat.

Mengapa Pedro ngotot ingin menjabat lagi? Kenapa berambisi menjadi ketua untuk tiga periode?

Ketua DPC asosiasi konstruksi memiliki keistimewaan. Selain ihwal kekuasaan, ketua DPC memiliki posisi terhormat di mata pejabat Dinas. Bahkan dianggap sejajar dengan Kepala Dinas.

Ia dimudahkan dalam perolehan jatah proyek dan bernegosiasi. Singkatnya, kedudukan prestisius dan kemudahan akses proyek merupakan keistimewaan ketua DPC.

Makanya, Pedro enggan turun dari kursinya. Kalau sudah duduk lupa berdiri.

Kejadian di atas adalah ilustrasi nyata, yang dapat dikembangkan pada ruang bahasan lebih lebar.

Semisal anggota dewan yang nyaleg lagi. Kepala daerah yang ikut dalam kontestasi agar terpilih kembali untuk jabatan itu. Ketua partai. Kepala negara.

Boleh jadi mereka menyampaikan beragam alasan enggan turun dari kursi, mempertahankan jabatan, melanggengkan kekuasaan, atau apa pun istilah upaya agar menjabat kembali.

Mungkin mereka merasa nyaman dengan pengaruh, kehormatan, dan akses yang diperoleh berkat kekuasaan.

Bisa jadi untuk mengamankan keadaan yang telah terbentuk selama mereka berkuasa. Bahwa kerangka yang telah dibangun dikhawatirkan tidak berlanjut atau berubah, ketika kursi dikuasai oleh orang lain.

Dengan perkiraan alasan-alasan di atas, mereka berambisi melanggengkan kekuasaannya. Bisa dengan cara yang sesuai aturan hingga berbenturan dengan ketentuan dan etika.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun